Author's song request
UGH! - BTS
Jam istirahat, Vega tengah mengobrol bersama Qilla dan Shilla. Ketiga gadis itu sama sekali tak berniat beranjak menuju Kantin karena tingkat kemalasan yang terlalu tinggi. Di sisi lain Vega masih malas bertemu Gio yang belum lagi membuka suara setelah Vega meminta maaf. Pemuda itu hanya diam membisu, bahkan hingga mereka sampai di depan kelas Vega pagi tadi.
“Jadi, yang nyebar gosip gak jelas itu si Cecil sama babunya?” tanya Qilla yang diangguki oleh Vega.
Shilla menggeleng takjub. “Gila sih, Mereka. Sampe rela jadi penguntit.”
Obrolan ketiga gadis itu terhenti saat Arkan yang hari ini membolos tiba – tiba datang dan membisikan sesuatu yang sukses membuat rahang Vega mengeras. Gadis itu langsung membereskan bukunya lalu menenteng tasnya, pergi meninggalkan kelas bersama Arkan.
“Ve, mau kemana?”
“Gue bolos!”
Vega dan Arkan belari beriringan menuju belakang sekolah, jalan keluar untuk siswa yang hendak membolos. Di persimpangan koridor, Vega dan Arkan berpapasan dengan Alfa, Azka, dan Nauval. Mata Vega bertemu dengan mata Alfa yang saat ini menatapnya heran. Namun, Vega memilih terus berlari bersama Arkan.
Alfa yang menyadari sesuatu yang aneh langsung berlari mengejar kedua orang itu diikuti Azka dan Nauval. Sampai di belakang sekolah, terlihat Vega dan Arkan tengah memanjat gerbang sekolah dengan cepat.
“Woi! Bolos?!” Teriak Nauval yang seketika membuat kedua orang itu menoleh.
“IYA, BANG! DARURAT!” hanya itulah sahutan dari Arkan sebelum kembali berlari bersama Vega.
Alfa terlihat ragu. Namun, “Ikutin!” ucapnya yang langsung memanjat pagar setinggi dua meter itu.
Alfa menggeram frustasi saat melihat Arkan dan Vega pergi dengan menggunakan motor.
“Gimana, Al? Masih mau ngikutin? tanya Azka yang sebenarnya juga menaruh rasa khawatir pada gadis itu.
Nauval menepuk bahu Alfa. “Biar gue sama Azka aja yang ikutin, lo gak usah terlibat.” ujarnya yang seketika membuat Alfa mendelik.
“Gak! Gue ikut!”
Setelahnya mereka menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melaju melewati mereka. Taksi itu berjalan mengikuti jejak motor Arkan yang sudah lebih jauh dari mereka. Hingga, “Aduh, Den. Di depan ada siswa SMA yang lagi tawuran. Kita putar balik saja, ya?”
“Itu Vega!” seru Azka tanpa mengindahkan ucapan sang pengemudi.
Mata ketiga pemuda itu membulat saat melihat Vega dengan lincahnya menendang seorang siswa dari sekolah lain. Di sana tidak hanya ada Vega, tapi keenam sahabatnya juga. Mereka terlihat sedang melawan siswa dari SMA lain dengan jumlah yang lebih banyak.
“Kita turun di sini saja, Pak.” ucap Nauval seraya memberikan beberapa lembar uang seratus ribu pada pengemudi taksi itu lalu keluar begitu saja dengan diikuti oleh Alfa dan Azka.
“Gila! Mereka kalah jumlah!” pekik Azka yang sudah sangat ingin berlari membantu ketujuh orang yang tengah dikepung oleh dua puluh orang itu.
“Kita bantu!” Alfa hendak berlari. Namun, Nauval mencekal lengannya.
“Lo diem! Biar gue sama Azka-,” ucapan Nauval menggantung begitu saja saat Alfa menghempaskan tangannya dengan kasar.
“Lo yang diem!” ucap Alfa lalu segera menerjang siswa yang hendak memukul kepala Vega dengan balok dari belakang.
Bugh…
“Cih! Cuma pengecut yang nyerang dari belakang!” decih gadis itu yang dengan segera menginjak – injak tubuh siswa yang tadi ditendang Alfa hingga tersungkur. Gadis itu bahkan tak menyadari bahwa yang telah menolongnya adalah Alfa.
Alfa segera menarik tubuh Vega agar tidak membunuh siswa itu. “Lo gila?!”
Vega yang baru menyadari kehadiran Alfa cukup terkejut. Hanya saja, gadis itu menatap datar pemuda di hadapannya lalu segera melayangkan tinjunya.
Bugh…
Tinju itu tentu saja bukan untuk Alfa, melainkan untuk seseorang di belakang Alfa.
“Lo lebih gila!” umpat Vega yang selanjut berlari membantu Daffa.
Situasi yang awalnya terdesak kini membalik karena bantuan Alfa, Nauval, dan Azka. Namun, “KALIAN SEMUA DIEM ATAU DIA MATI!”
Kericuhan itu seketika terhenti saat pihak lawan berteriak dengan Niko yang saat ini tengah ditodongi pisau.
Pemuda itu menatap Vega memelas, meminta pertolongan.
“Mau lo apa, Dean?” tanya Vega pada pemuda yang saat ini tengah menodongkan pisau pada Niko.
Dean, pemuda itu, hanya tersenyum sinis memandang Vega. “Suruh temen – temen lo buang senjata masing – masing.”