Author's song request
What Do You Think? - Agust D
Kring… Kring…
Bel istirahat berbunyi. Alfa dan Vega yang masih asik di rooftop dengan pemikirannya masing – masing sontak terlonjak.
“Ya elah, Al. Gitu doang kaget!” ejek Vega dengan tawa yang menggelegar.
Alfa lantas mendelik tak suka. “Ngaca, sana! Lo juga kaget, Beta!”
“Gue Vega, bukan Beta, ish!”
Kali ini Alfa yang balas tertawa. Pemuda itu langsung menarik Vega untuk bangkit dari posisinya. “Mau kemana?” tanya Vega dengan wajah ang berubah polos.
“Kantin, gue laper.” sahut Alfa yang mulai menarik gadis itu untuk pergi mengisi perutnya yang sudah meronta – ronta.
“Makanya, suruh siapa merenung di perpus? Hih… Ngebayanginnya aja bikin otak gue merinding.” Vega mencibir saraya mengikuti langkah pemuda itu.
Alfa terkekeh. “Otak merindingnya gimana, Bet?”
Vega hanya mengedikkan bahu tak acuh lalu melangkah mendahului Alfa.
…
“Lah? Ngapain lo sama dia, Ve?” tanya Arkan yang menatap sinis kedatangan Vega bersama Alfa.
Vega duduk di samping pemuda itu lalu dengan tak tahu malunya meminum minuman yang entah milik siapa. “Mau tau aja, atau mau tau banget, Ar?” tanya Vega dengan wajah konyolnya.
Duk…
“Aduh!” Vega mengaduh kesakitan saat Niko yang duduk dihadapannya memukul kepalanya denga sebuah buku.
“Arkan serius, Nyet!” ucap Niko yang kembali membaca buku.
“SAKIT, B*GO!” teriak Vega yang dengan brutal menjambak rambut Niko.
Plak…
Dengan sadisnya Niko memukul tangan gadis itu agar melepaskan kepalanya. Tatapannya tajam dan menusuk.
“Kesambet apa sih, Lo?!” sergah Vega sambil mengelus tangannya yang memerah akibat ulah Niko. Namun, Niko sama sekali tak mengindahkannya.
Vega mengerutkan dahinya. “Eh, Nik. Lo beneran kesambet, ya?” jelas ada yang aneh. Sejak kapan Niko mau membaca? Sungguh keajaiban dunia bagi seorang Vega.
Satya yang sedari tadi asik makan lantas tertawa. “Dia diomelin sama emaknya gegara ketauan tawuran lagi, Ve. Sial banget sih, Lo! Abis tawuran, emak malah balik, haha…”
“Ck… Ck… Ck… Sungguh kejam emak lo, Nik. Padahal anaknya hampir digorok.” Vega berujar dramatis.
“Diem lo, Setan!” bentak Niko yang sudah hampir meledak.
“Wah, Ve! Hati – hati macannya lagi galak!” ledek Daffa yang sedari tadi hanya menonton.
“Udah, gak usah galak – galak sama adek gue! Baca aja tuh buku, Iqra’ kalo kata Dilan.” timpal Gilang yang kembali mengundang tawa.
Sementara yang lainnya tertawa, Gio justru memperhatikan dua pemuda yang duduk mengapit Vega. Keduanya tak tertawa sedikitpun. Arkan yang menatap Vega dengan tajam dan Alfa yang menatap Vega penuh cinta, mungkin. Entahlah, Gio tak bisa menggambarkan tatapan Alfa untuk Vega.