Author's song request
Your Eyes Tell - BTS
Pukul tujuh malam di kediaman keluarga Gamma tidak damai seperti biasanya. Nyatanya mereka lagi – lagi menyidang anak bungsu dari keluarga itu, Alfa.
Bugh…
Satu pukulan tepat mengenai sudut bibir Alfa membuat darah segar kembali mengalir.
“Ayo lawan Ayah! Seperti itu kan cara kamu bergaul?!” begitulah ucapan Gamma setelah melayangkan pukulannya pada si bungsu.
“Ayah, cukup!” tegur Alvin yang kini tengah menenangkan Alfia dari tangisnya.
Alfa mengepalkan tangannya, ia menatap tajam Alvin. “Lo diem!”
“Bagus! Kamu diam, Alvin! Biarkan anak kurang ajar ini melawan Ayah.”
Rahang Alfa mengeras, ingin rasanya ia membungkam mulut pria paruh baya yang meurpakan ayahnya itu dengan pukulan telak. Namun, ia masih waras. Tidak mungkin ia melakukan itu pada ayahnya sendiri. Alfa cukup sadar diri bahwa tenaga pria setengah abad itu sudah jauh lebih kecil dibandingkan tenaganya.
“Tidak ingin melawan?! Apa kamu sedang memaksa Ayah untuk melakukan cara lama, Alfa?!”
Alfa menatap tajam ayahnya kala mendengar ancaman itu.
“Jangan pernah sentuh Vega sedikitpun!”
Gamma menyeringai. “Jauhi gadis itu atau nasibnya akan sama dengan masa lalumu, Alfa!”
Alfa yang sudah muak lantas mendorong tubuh ayahnya hingga membentur tembok, memojokannya.
Bugh…
“Sudah saya peringatkan untuk tidak menyentuh Vega, Tuan Gamma!” sergah Alfa setelah memukul tembok di samping pipi ayahnya. Tentu, ia hampir memukul wajah ayahnya itu, hanya saja nuraninya tiba – tiba datang dan membelokan pukulannya.
“Jika aku tidak boleh menyentuhnya, maka kaupun tidak boleh menyentuhnya.”
Alfa benar – benar murka dengan iblis di hadapannya itu. Tangannya sangat gatal, ingin memukul wajah menyebalkan yang saat ini seolah mengejeknya.
“Sudah, Alfa! Sudah!” Alfia menangis sambil menarik Alfa ke dalam pelukannya. Namun, Alfa menolak pelukan itu.
“Maaf, Bun.” lirihnya.
Alvin yang melihat itu lantas menatap tajam Alfa. “Dengan tingkah laku kayak gini, mau jadi apa lo, ha?!”
Alfa tertawa hambar. “Gue bisa jadi apapun yang gue mau, Alvin! Gue bisa mencapai semua hal yang gak bisa lo capai! Gue bisa lakuin itu dengan cara sendiri dan tanpa bantuan dari b*jingan itu!” Alfa menunjuk ayahnya sekilas.
“Jaga bicaramu, Alfa!” bentak Alfia.
“Apa yang harus Alfa jaga, Bun? Dia bahkan gak pernah menjaga perasaan Alfa! Di mata dia cuma ada Alvin! Dia gak pernah liat Alfa yang berusaha sendiri untuk mencapai semua hal yang gak bisa Alvin capai!”
“Itu karena sikap keras kamu, Alfa!”
Alfa tersenyum sinis saat mendengar ucapan Gamma. “Tuan Gamma, anda seharusnya sadar darimana sikap keras saya ini berasal.”
Setelah itu, Alfa pergi meninggalkan rumahnya.
…
Entah sudah berapa kali Nauval menghela napasnya, ia menunggu jawaban Alfa yang tiba – tiba datang ke rumahnya dengan kondisi berantakan. Azka bahkan langsung datang ke rumah Nauval saat mendengar kondisi Alfa.
Keduanya memandang Alfa yang kini memandang kosong ke arah mereka.
“Alfa, lo kenapa?” tanya Nauval sekali lagi.
Namun, sekali lagi keheninganlah yang menjawab pertanyaan itu.
Nauval kembali menghela napas. “Hah… Ya udah, kalo lo gak mau cerita, gue mau lanjut nugas. Lo kalo mau nginep, nginep aja.”
“Gue juga ya, Bang?”