Author's song request
Tonight - Jin
Arkan berjalan di koridor sekolah dengan ekpresi yang tak bisa di artikan. Pemuda itu hanya berjalan dengan pandangan yang lurus ke depan.
“Muka lo kenapa, Ar?” tanya Niko saat Arkan baru saja memasuki kelasnya.
Arkan menatap Niko lalu beralih menatap bangku Vega yang baru diisi oleh Qilla. “Vega mana?” tanyanya tanpa basa – basi.
Qilla menatap Arkan heran. “Lho? Gue kira Vega datang sama lo.”
“Hah? Spekulasi darimana?” Arkan mengernyitkan kepalanya.
Qilla mengedikan bahunya. “Ya, itu cuma perkiraan gue. Lo kan deket sama dia, terus gue liat si Niko datang sendiri.”
“Emang ada apa, Ar?” tanya Qilla dan Niko secara bersamaan.
Jika saja perasaannya sedang normal, mungkin Arkan akan menggoda dua orang yang kini terlihat malu – malu itu. Namun, perasaannya sedang tidak bagus. Dari awal memulai harinya, ia sudah mengkhawatirkan Vega.
“Gak tau, perasaan gue gak enak.” sahutnya dengan wajah gelisah.
Niko menatap serius pemuda itu. “Lo juga ngerasain, Ar?”
Ah, rupanya Niko juga merasakan hal yang sama. “Telepon aja.” imbuh Niko yang dengan segera diangguki oleh Arkan.
Pemuda itu segera menghubungi Vega. “Halo, Ve? Lo dimana? Lo gapapa, kan?” pertanyaan beruntun ia lontarkan saat panggilan itu terhubung dengan Vega.
Terdengar suara dengusan Vega dari seberang sana. “Gue di rumah, bolos. Napa? Rusuh banget, Lo!”
Arkan, Niko, dan Qilla lantas menghela napas lega saat mendengar jawaban ketus dari Vega. Ya, memang sedikit menyebalkan saat mendengar nada ketus itu, tapi yang terpenting Vega baik – baik saja.
“Kenapa, sih?!”
“Nggak, Ve. Udah, ya. Bentar lagi bel. Kali ini gue biarin lo bolos, tapi kalo ada apa – apa langsung kasih tau gue!”
Arkan langsung memutuskan panggilan itu tanpa menunggu jawaban Vega. Bisa – bisa Vega meledeknya habis – habisan jika tahu Arkan menghubunginya hanya karena khawatir.
“Terus kenapa perasaan gue masih gak enak, ya?” gumam Niko yang tentunya dapat di dengar Arkan dan Qilla.
“Vega mana?”
Atensi ketiga remaja itu lantas beralih pada Gio yang tengah berdiri di ambang pintu bersama ketiga pemuda lainnya.
“Bolos, Bang.” sahut Arkan yang dengan cepat mengubah ekspresi gelisahnya.
“Benerasn bolos? Gak ada apa – apa? Kok gue khawatir, ya?” ucap Gilang sambil mengurut pelipisnya yang sedikit berdenyut, ia kurang tidur karena sudah mengkhawatirkan Vega dari kemarin malam.
“Gue sama Daffa juga.” timpal Satya yang diangguki oleh Daffa.
“Kemarin malem Vega ke rumah lo kan, Bang? Dia beneran gapapa?” tanya Daffa pada Gio yang juga tengah gelisah.
Gio terdiam, jelas bahwa semalam kondisi Vega tak sebaik itu. “Gue kurang yakin, Daff.”
Semuanya menghela napas, entah mengapa mereka benar – benar mengkhawatirkan gadis itu. Ikatan bantin mereka sudah terlalu kuat sehingga mereka bisa merasakan jika akan terjadi sesuatu yang buruk.