Author's song request
Euphoria - BTS
I Love You - Jin BTS (Cover)
Hari – hari berlalu, Alfa sudah bisa pulang, tapi pemuda itu sama sekali tidak ingin pulang. Membayangkan wajah menyebalkan Ayahnya saja sudah membuat Alfa muak.
“Al, serius lo gak akan balik?” tanya Alvin entah sudah yang keberapa kali.
Alfa memandang malas kakaknya itu. “Nggak, Bang. Gue mau nginep di rumah Bang Nauval aja. Males ketemu bokap.”
Alvin akhirnya mengangguk paham. Hubungannya dengan Alfa memang mulai membaik, tapi hubungan Alfa dengan kedua orang tuanya kian memburuk. “Ya, udah. Gue balik. Nanti gue main ke rumah Nauval.”
“Rumah gue bukan penampungan, Nyet.” ujar Nauval yang sedari tadi hanya menyimak.
Alfa lantas mendelik sebal. “Lo sendiri yang ngelarang gue nyewa apart, Onta!”
Azka tertawa mendengarnya. “Makanya, Bang, bukan cuma hati yang harus dijaga, tapi omongan juga.” ujarnya sambil menepuk – nepuk bahu Nauval.
Buk…
Alfa melemparkan tas yang berisi pakaiannya pada Azka. “Udah, gak usah ketawa. Mending lo bawain tas gue. Simpen di mobil Bang Alvin. Gue mau ke ruangan Vega dulu, bye!” ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Azka yang hanya mendengus.
“Udah bagus gue ngalah, malah dijadiin babu kayak gini, Asu!” gerutu Azka.
Alvin dan Nauval sontak tertawa .
“Makasih ya, Ka. Lo selalu mentingin Alfa daripada diri lo sendiri.”
Azka menatap malas pemuda yang merupakan kakak dari sahabatnya itu. “Gue ngalah karena kasian sama dia, punya abang tapi useless kayak lo.” ledeknya yang lantas dihadiahi pukulan telak di bagian belakang kepalanya.
“Suka bener kalo ngomong.” ucap Nauval yang merupakan pelaku pemukulan itu.
Azka mengusap – usap kepalanya yang sakit. “Ngapain mukul gue kalo lo setuju, Bambang?!”
“Pengen aja. Abisnya, kepala lo kayak enak gitu buat dipukul.” Nauval terkekeh lalu menatap Alvin yang hanya tersenyum. “Ya, udah. Kita pamit duluan ya, Bang? Ini tasnya Alfa biar kita aja yang bawa ke rumah gue.”
Alvin mengangguk. “Nanti gue sama Alfa nyusul ke sana.”
…
Alfa berjalan memasuki ruangan Vega tanpa mengetuknya telebih dahulu. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak beberapa hari yang lalu.
Dapat Alfa lihat, Vega yang masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Di sana juga ada Gio yang tertidur di kursi sambil menggenggam tangan Vega. Alfa cemburu? Tentu tidak. Ia sudah cukup tau peran Gio dan lima pemuda lainnya dalam kehidupan Vega.