Author's song request
Lost Stars - Jungkook (Cover)
I Need You - BTS
The Truth Untold - BTS
Satu minggu berlalu, satu minggu pula Vega menghilang. Gadis itu menghilang tanpa jejak seperti akal Gio yang rasanya sudah hilang ditelan rasa khawatir.
“Vega, lo dimana?” gumam pemuda itu lirih. Ini sudah satu minggu dan ia masih terus mencari keberadaan gadis itu.
Begitupula lima pemuda lainnya. Mereka saat ini sudah berkumpul di Basecamp setelah mendatangi rumah Vega yang nyatanya selalu saja hanya terdapat Bi Inah dengan raut khawatir. Ya, Vega benar – benar menghilang, bahkan Bi Inah pun tak tahu dimana keberadaan gadis itu.
Arkan terlihat kacau dengan sebatang rokok yang selalu mengisi sela jarinya. “Vega…” lagi – lagi air mata itu menetes. Ia benar – benar merasa gagal menjaga gadis itu.
Di sisi lain, Alfa juga sama kacaunya. Rasa bersalah dan penyesalan terus saja menghantuinya. Vega menghilang, dan itu karenanya. Itulah hal yang terus berputar di kepala pemuda yang selalu disebut genius itu.
Otaknya seolah diperas, selalu Vega yang terlintas di kepalanya. Bahkan saat seorang guru tengah berceloteh seperti saat ini, ia masih saja memikirkan Vega.
Tuk…
Sebuah penghapus mengenai kepalanya membuat ia menatap nyalang ke sembarangan arah, mencari orang yang berani melemparinya dengan penghapus itu.
“Alfaro, kamu bisa fokus, tidak?! Jika tidak, keluar saja dari kelas! Ibu tidak membutuhkan siswa yang malah melamun di kelas!” tegur guru yang merupakan dalang dari pelemparan itu.
Kriet…
Tanpa pikir panjang Alfa langsung bangkit dari kursinya, meninggalkan kelas yang seisinya tengah berbisik heran dengan tingkah pemuda itu.
Tujuan Alfa saat ini adalah Rooftop. Satu – satunya tempat yang bisa memberi ia ketenangan. Satu – satunya tempat yang dapat mengobati rasa rindunya pada Vega.
‘Ve, lo dimana? Balik ke gue, Ve. Maafin gue, ini semua salah gue.” gumamnya seraya menatap langit yang terlihat cerah, seolah menertawakan kebodohannya.
“Telat, B*go! Vega gak akan denger itu!”
Seketika pandangan Alfa beralih pada Azka yang entah sejak kapan berada di sampingnya. Mata Alfa membulat saat melihat mantan sahabatnya itu menyodorkan botol minuman keras yang isinya hanya tinggal seperempat botol.
“Lo minum?” tanya Alfa dengan nada tercekat.
Azka terkekeh. “Makan.” sahutnya asal.
Alfa menatap sendu Azka. “Maafin gue.” lirihnya seraya menarik tangan Azka untuk memeluknya. Namun, Azka menepis tangan itu lalu mundur beberapa langkah dengan terseok – seok. Tangannya bergerak menunjuk Alfa. “Gue bilang telat, B*go! Vega udah hilang.”
Azka tertawa nyaring dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya, ia mabuk. “Hari pertama gue kuat, hari kedua gue kuat, dan seterusnya gue kuat. Tapi sekarang?! GUE GAK KUAT! GUE CAPEK! VEGA MENGHILANG KARENA LO, B*NGSAT!”
“Sekarang? Lo bisa apa?! Bisa balikin dia? Balikin Vega!” Azka mencengkeram kerah seragam Alfa. Sementara pemuda itu hanya diam menunduk. Karena ulahnya, bukan hanya dirinya yang hancur. Kurang lebih seperti itulah kalimat yang cocok menggambarkan isi hatinya saat ini.
Plak…
“Jangan jadi s*nting kayak gini, Azka!” bentak Nauval yang tiba – tiba datang menampar Azka.
Azka menunjuk Nauval. “Tau apa, Lo? Hah?! Gue ngalah sama b*jingan yang lo bela itu, dan apa hasilnya?” tangan itu beralih menunjuk Alfa yang masih saja menunduk. “DIA CUMA BANCI YANG GAK BISA DIPERCAYA, ANJING!”
“Dulu Nayara dan sekarang Vega. Mau berapa banyak orang yang gue cinta lo rebut terus lo ilangin, Alfa?” pandangan Azka berubah sendu.
Nauval memijit pelipisnya, ia tak pernah mengira bahwa Azka bisa sekacau ini. Dulu, Azka tak separah itu. Bahkan, saat kabar mendengar kabar kematian Nayara, Azka hanya menangis dan setelahnya ia bangkit dari keterpurukan. Azka pula yang membuat Alfa berhasil bangkit dari keterpurukan karena kematian Nayara, tapi sekarang? Vega bahkan hanya dikabarkan menghilang, dan Azka bisa sekacau itu.
Pemuda yang lebih tua merangkul bahu yang lebih muda. “Vega pasti baik – baik aja. Sekarang kita balik. Jangan buat gue khawatir.” ucapnya sambil membuang botol haram itu.
“B*jingan itu yang bikin Vega menghilang.” Azka masih saja mengigau.
Nauval menatap Alfa yang seolah mematung di tempatnya. “Lo memang b*jingan.” ujarnya dingin lalu menuntun Azka untuk pergi dari sana.
…
Alfa terduduk di sofa ruang keluarga, matanya terpejam.
“Minum dulu.” ujar Alvin yang baru saja datang dengan dua gelas Jus Melon kesukaan Alfa, ia tahu adiknya itu sedang benar – benar kacau.
Alfa lantas meraih gelas itu dengan lesu lalu meminumnya tanpa minat.
“Breaking News, Adara Vega Aquila, anak dari keluarga Haling pemilik perusahaan properti terbesar di Indonseia, baru saja ditemukan tewas di Sungai dekat Jembatan Baru…”
Prang…
Seketika gelas di tangan Alfa meluncur begitu saja. Matanya menatap kosong layar televisi. “I-ini bohong, kan? Ve-Vega, Vega gak mungkin.”