Author's song request
Spring Day – BTS
Love is Not Over – BTS
Lights - BTS
Hari – hari berlalu, dan kini tibalah hari dimana Vega harus memberanikan diri untuk datang menemui sang Ayah. Gadis itu tengah terduduk dengan gugup, menunggu kedatangan Ayahnya.
Dean yang duduk di samping Vega segera menggenggam tangan gadis itu. “Jangan gugup.”
Vega hanya mengangguk, hingga tak lama Ayahnya datang bersama seorang Polisi yang bertugas untuk menjaganya. Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya, menatap wajah Ayahnya dari balik kaca yang membatasi mereka.
“Oh? Bukankah kamu sudah mati, Anak Si*lan?” Vega mentatap sinis wajah yang masih saja menyebalkan itu. “Sepertinya penjara memang cocok untuk B*jingan.” sarkasnya.
“Dan neraka cocok untuk Anak Haram.” balas Haling, Ayah Vega, tak mau kalah.
Vega sontak tertawa nyaring. “Apa aku tak salah dengar? Seorang Atheis sepertimu sedang berbicara soal neraka?” tanyanya dengan nada mengejek. “Lagipula, kau yang membuatku, jadi kau yang berdosa. B*jingan sepertimu tak pantas berbicara seperti itu.”
“Ibumu saja yang J*lang! Dia yang memaksaku agar bisa menguasai hartaku! Dan tentunya, Nenek Bodohmu itu!”
Brak…
Vega memukul kaca tebal itu hingga menimbulkan suara yang nyaring. Mata gadis itu menatap nyalang pria paruh baya yang merupakan Ayahnya. “Heh, Anjing! Gue udah baik – baik, ya. Tapi, lo bawa – bawa Nenek dan Bunda? Gue peringatin, jangan sampai lo sebut mereka sama mulut sampah lo itu!”
“Memangnya Anak Haram seperti kamu bisa apa?”
Rahang Vega mengeras. “Jaga mulut lo, Miskin! Gue bahkan bisa beli harga diri lo sekarang juga!”
“Bocah Ingusan sepertimu? Haha… Kamu menjual diri seperti ibumu agar mendapatkan uang?” ejek Haling.
Tangan gadis itu mengepal kuat. “Lo bener – bener manusia paling br*ngsek di dunia ini, Haling! B*jingan kayak lo, mati aja, Anjing!”
“Ara,” panggilan Dean sukses membuat Vega yang sedari tadi sudah berdiri kembali terduduk.
Pandangan Haling beralih pada Dean. “Jadi ini laki – laki yang telah membelimu?”
Prang…
Kaca tebal itu mendadak pecah ketika Dean memukulnya. Vega terkejut, apalagi Haling dan Petugas Polisi yang sedari tadi mengawasi mereka. Terlihat, Dean benar – benar murka. Tentu saja, karena Vega adalah segalanya bagi Dean. Tak ada yang boleh meremehkan adiknya itu jika tak ingin habis di tangan Dean yang sudah beberapa tahun ini mengasah kemampuannya sampai sedemikian kuat.
Dean menarik kerah baju Haling dengan tangannya yang berdarah. “Aku peringatkan, Haling. Jangan seenaknya berbicara tentang adikku, jika kau tak ingin mati.”
“Adik? Embel – embel macam apa itu?” tanya Haling yang masih saja menggunakan nada mengejek.
Bugh…
Satu pukulan Dean layangkan ke dagu Haling membuat pria paruh baya itu langsung terkapar di lantai. “B*jingan sepertimu memang pantas membusuk di tempat seperti ini.”
“Akan kupastikan kau mati di tempat ini, Haling.”
Dengan segera, Dean menarik Vega untuk pergi. Namun, gadis itu menahan tubuhnya sendiri. Ia menatap Ayahnya sedikit nanar. “Lo bilang, gue jadi penghambat kebebasan hidup lo? Selamat, Haling. Lo bebas. Lo bukan Ayah gue lagi. Ya, lo bebas dari gue. Jalani hidup bebas lo di penjara sampe mati.”
Setelahnya, Vega menarik Dean untuk berlalu pergi. Napas gadis itu bergemuruh hebat. Entah perasaan apa yang menyerangnya. Yang jelas, Dean hanya bisa mengusap bangga surai coklat gadis itu.
…
“Mau kemana?” tanya Dean saat melihat adik angkatnya berjalan menuruni tangga dengan pakaian yang rapi.
Vega mendekati sang Kakak yang tengah terduduk di sofa. “Mencari kebahagiaan.” Sahutnya asal seraya merampas sebungkus keripik kentang dari tangan Dean.
“Ck. Ngaco!” balas Dean sambil merebut kembali keripik kentang itu.
Vega mengedikan bahunya. “Ya, terserah kalo gak percaya.”
“Ara, pamit.” Imbuhnya yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban Dean.
Siapa yang mengira jika Vega akan menghentikan laju motornya di parkiran Rumah Sakit yang menjadi saksi bisu dari kematian Bundanya. Gadis itu berjalan menyusuri Koridor Rumah Sakit yang terlihat cukup lenggang itu.
Setelah bertanya beberapa kali pada Perawat, akhirnya ia dapat sampai di tempat tujuannya. Sebuah ruangan VIP atas nama Alvino Gamma Azlan. Ya, ruangan milik Alvin, Kakak Alfa.
Tok… Tok…