Author's song request
I Like It - BTS
Vega benar – benar pindah ke SMA Galaksi. Sungguh, sebuah kebetulan yang menyenangkan. Dari dulu ia tidak pernah berdiskusi sedikitpun mengenai sekolah dengan keluarganya sehingga semua keinginannya untuk bersekolah di SMA Galaksi baru tercapai hari ini.
Langkah gadis itu terlihat ringan menyusuri koridor sekolah barunya. Ia bahkan tak menyadari bahwa semua siswa menatapnya dengan berbagai macam tatapan, dimulai dari kagum hingga heran. Ya, Vega memang memiliki wajah cantik yang menggemaskan sehingga siapapun dapat mengagguminya hanya dengan sekali lihat.
“Woi, Bocah! Nyasar lo?”
Langkah gadis itu terhenti saat sebuah suara yang tak asing memasuki indera pendengarannya.
“Ngapain lo di sini? Pake jingkrak – jingkrak segala! Kagak nyasar kan, Lo?” tanya Gilang yang kini sudah berdiri dihadapan gadis itu.
“Eh, Bang Gilang. Kirain siapa,” Vega tersenyum sumringah lalu menggeleng mantap. “Gue gak nyasar, Bang.”
Mata Gilang membulat sempurna. “Jadi, lo pindah ke sini?!”
Gilang ikut berjingkrak – jingkrak saat mendapatkan anggukan dari gadis itu.
“Kelas mana? Biar gue anter.” ucapnya setelah acara berjingkrak – jingkrak selesai.
Vega tersenyum lebar. “Kelasnya Arkan, dong!”
Gilang lantas mengangguk lalu merangkul gadis itu untuk berjalan bersamanya. Hal itu sukses membuat seisi sekolah gempar. Bagaimana tidak? Seorang Gilang Arkagantara si Troublemaker tampan yang merupakan salah satu pangeran SMA Galaksi, merangkul seorang gadis tak dikenal.
“VEGA?!”
Vega dan Gilang menoleh secara bersamaan, menatap Arkan yang saat ini juga menatap mereka dengan mata membulat sempurna.
“Halo, Arkan yang tampan tapi masih tampanan Jungkook BTS.” sapaan menyebalkan dilontarkan oleh Vega.
Arkan berjalan cepat menghampiri mereka. “Ngapain lo di sini?!”
“Sekolah, dong! Masa ngebabu!” sarkas Vega sambil memutar kedua bola matanya.
Gilang yang mendapati Arkan hendak berteriak lantas menyumpal mulutnya dengan sarung tangan. “Gak usah heboh.”
“Gila! Bau banget, Bang! Gak dicuci berapa tahun itu?!” umpat Arkan sambil meludahkan sarung tangan Gilang.
Vega yang menyaksikan itu tertawa puas. “Makanya jangan heboh.”
“Di kelas mana?” tanya Arkan dengan wajah masam.
“kelas lo, Ar.”
Tatapan Vega beralih pada Gilang. “Bang, gue sama Arkan aja. Setau gue kelas lo jauh, kan?”
Gilang mengangguk, sebelum pergi ia memungut sarung tangannya lalu berucap. “Jaga adek gue, Nyet!”
Arkan mencibir. “Ayo, ke kelas!”
…
Vega mendengus berulang kali. Membosankan, pikirnya. Ya, ini baru kelas pertama dan Vega sudah merasa bosan. Ia bahkan tak memperhatikan guru yang sedang berceloteh di depan kelas.
“Vega, Bu Mira daritadi liatin lo.” Bisik Qilla, teman sebangkunya.
Vega menatap gadis di sampingnya sambil berujar santai. “Gapapa. Toh, lebih enak dihukum, bisa keluar kelas.”
“Kebanyakan gaul sama duo biang onar lo, Ve.” sahut Qilla sambil menggeleng – gelengkan kepala takjub.
“Hush! Gak usah bawa – bawa gue!” tegur Niko yang duduk di belakang bangku mereka.
“gue juga!” timpal Arkan yang merupakan teman sebangku Niko.
Qilla memandang sekilas dua pemuda itu. “Emang gue nyebut nama kalian?”
Vega hanya terkekeh lalu kembali asik melamun. Hingga, sebuah spidol terbang ke arahnya.
“Woi! Siapa yang lempar spidol ke gue?!” pekik Vega yang untungnya berhasil menangkis spidol terbang itu.
Semua siswa melongo dengan reaksi berani gadis itu.
“Lo ya, Ar?! Atau lo, Nik?!”
Arkan dan Niko sontak tersenyum paksa sambil berbisik. “Depan lo, Beg*!”
“Bacot apa, sih?! Udah ngaku! Pasti kalian, kan?!”
“Mampus! Punya temen tol*l banget, ya ampun!” gumam Arkan sambil memijit pelipisnya yang pening kala melihat tingkah ajaib Vega.
“Bu Mira, Ve.” bisik Qilla sambil menyikut perut Vega.
Vega sontak menatap Bu Mira yang kini tengah menatapnya seolah siap membunuhnya kapan saja. “Oh, Ibu yang lempar? Ish, Bu. Spidol itu buat nulis bukan buat mainan.”
Niko menepuk jidatnya. “Temen lo, Ar!”
Arkan menggeleng. “Bukan temen gue!”
“Kamu siswa baru?” Vega mengangguk sebagai jawaban.
“Kenapa melamun?!”