Samantha sedari tadi hanya menyimak ucapan kaisar yang membahas kesenjangan rakyat. Gadis itu mengiyakan ucapan kaisar mengenai ekonomi yang dibilang hampir tidak stabil. Padahal dalam kurung waktu beberapa tahun terakhir masalah seperti itu tidak ada dan Samantha berpikir sejenak, menggabungkan masalah pada wilayahnya juga. Masalah ini cukup memprihatinkan terutama didaerah kecil yang tidak banyak diperhatikan. Termasuk wilayah luas seperti duchy yang terlalu sulit untuk diperhatikan hingga mendetail. Samantha sedikit menyesal tidak melakukan peninjauan dibeberapa daerah yang jauh dari jangkauannya.
"Masukan dan pernyataan dipersilakan." Sekretaris yang berdiri disamping kaisar berbicara. Samantha melirik bangsawan lainnya. Salahsatu marquess dari wilayah yang cukup kecil dibanding lainnya mengangkat tangan dan berdiri. Kaisar memberinya kesempatan berbicara.
"Mengenai ekonomi yang hampir mendekati tidak stabil, saya tidak bermaksud mencurigai bangsawan lainnya tapi, ada baiknya jika dilakukan pengamatan pada buku pengeluaran setiap daerah."
Samantha berkedip sekali mendengarnya. Menurutnya hal itu boleh juga untuk mencegah terjadinya korupsi. Tiba tiba count dari wilayah yang luasnya hampir setara dengan marquess tadi mengangkat tangan dan berdiri tanpa persetujuan kaisar.
"Maaf sebelumnya jika saya menyela, yang mulia. Saya tidak setuju dengan ucapan marquess karena perekonomian adalah kendali masing masing daerah. Dan seharusnya itu tidak mempengaruhi istana kaisar."
Samantha membeku sebentar diatas kursinya. Kata kata itu terdengar seperti pengakuan dosa atau lebih tepatnya bisa dibilang penghinaan pada kaisar. Beberapa bangsawan mulai berbisik tidak nyaman. Lucas sudah mengepalkan tangannya begitu kuat. Jelas istana kaisar tidak akan kena dampak perekonomian wilayah kekaisaran karena mereka mengelola keuangannya sendiri. Seperti tidak terkena dampak apapun dari ucapan marquess barusan, kaisar mengangkat tangannya dengan tenang dan menenangkan aula istana yang sudah ramai.
"Terima kasih atas saran dan kritikannya. Ide untuk pengecekan buku pengeluaran cukup bagus karena akan mempercepat menemukan masalah apa yang sedang terjadi dan aku barusaja berpikir untuk mengirimkan beberapa bangsawan untuk melakukan peninjauan didaerah kecil. Bagaimana?"
Tuan count tadi bungkam karena keputusan kaisar. Samantha mengangkat tangannya, seperti yang sudah dia duga semua pandangan orang akan tertuju padanya.
"Ya, nona?" Ada senyum tipis dibibir kaisar melihat anak angkatnya berkontribusi.
"Bukankah peninjauan lebih baik dilakukan oleh setiap pimpinan daerah agar lebih mudah dilakukan?"
"Ya, tapi, tidak akan ada yang menduga jika kecurangan akan dilakukan."
Seperti tahu apa titah berikutnya dari kaisar, Samantha lebih dulu memasang wajah keberatannya. Jika gadis itu mengambil keputusan, mungkin dia akan berpikiran sama seperti kaisar.
"Aku akan mengirim orang dari kekaisaran untuk peninjauan daerah kalian."
Samantha berdecak kesal tidak begitu keras tapi, masih bisa didengar oleh Lucas disebelahnya.
"Ada apa? Bukankah keputusannya sudah cukup adil?"
Tidak, Samantha tidak mempersalahkan keputusan itu. Tapi, orang kekaisaran yang dipilih untuk peninjauan bersamanya sudah pasti bisa ditebak dan dia benci hal itu.
"Bukan apa apa."
Lucas tetap khawatir karena Samantha mengatakan kondisinya dengan mengatupkan rahangnya. Terlihat seperti kesal, menahan marah dan sejenisnya.
"Apa ada yang ingin berkomentar dengan usulan tadi?" Kaisar bertanya. Dan sesi bertukar pikiran itu berlangsung tidak lama. Samantha menyimak dan sesekali memberi pendapat meski dengan pandangan tidak enak dari bangsawan lainnya.
Usai kaisar menutup pertemuan kali ini dengan makan bersama, Lucas menyenggol lengan kanan Samantha. Gadis itu berdeham sebagai jawabannya.
"Hiasan kepalamu kayaknya mau lepas. Mau kubantu?" Laki laki itu menunjuk hiasan jepit rambut bermata ruby senada dengan bros disisi kiri kepalanya. Samantha yang sedang menyuapkan makanan kemulutnya mengangguk saja.
Disisi lain, Athala melihat interaksi keduanya hanya tersenyum pahit. Terlihat damai sekali dan romantis. Padahal pertemuan seperti ini dia berharap Samantha dapat kursi disebelahnya bukan laki laki yang menurutnya seperti anjing gila. Kalau disamping Duke Welson, Athala masih bisa terima, tapi-
"Ada apa dengan kerutan didahimu, nak?" Duke Welson bertanya setelah meminum cairan bening digelasnya. Athala menghela nafas lalu tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Bukan apa apa, terima kasih perhatiannya, tuan." Mata keduanya sekarang terang terangan melihat kearah gadis yang sedang makan dengan tenang itu.
"Samantha, nggak pantas duduk dikursi sana."
Athala refleks menoleh dengan cepat, dia berharap salah dengar tentang ucapannya yang dipikir seperti hinaan itu.
"Maaf?"
"Umurnya baru tujuh belas, seharusnya akhir pekan ini dia bermain layaknya anak remaja lainnya."
"Sekalipun dia tidak duduk dikursi itu, Samantha tetap punya beban mental." Athala berbicara cukup dingin dan sedih.
"Tentang ayahnya?" Tuan Welson mengangguk mengerti. "Dia anak angkat kaisar. Dia bisa saja memilih menjadi bangsawan tanpa perlu melakukan hal yang memberatkannya."
Athala menarik nafas cukup dalam. "Apa anda tidak mengerti, tuan? Samantha tetap memiliki ayah kandung manusia, dan dia sudah dibuang kemari dan hidup sebagai anak angkat sahabat ayahnya. Dia pasti terbebani dengan ayahnya yang masih hidup itu. Meskipun dia tidak pernah mengatakan alasannya, kurasa dia memilih menyibukkan diri dengan banyak hal agar tidak memikirkan ayah kandungnya. Sampai saat ini, aku melihatnya selalu ingin terlihat sempurna dan serba bisa."
"Maksudmu, dia mempelajari semua bidang?"
"Yah, anda tau jika dia bisa bersenjata, bertarung tanpa senjata, seni apapun bentuknya dan politik. Kalau berolahraga, ah, anda pasti mengerti bagaimana bentuk tubuhnya bukan?" Begitu Athala melihat ketempat dimana Samantha duduk, gadis itu sudah menatapnya tajam. Hampir seperti tatapan ingin membunuh.