Our Happiness

Nafidza Ainun Salsabila
Chapter #3

tentangmu #2

Aku berjalan keluar asrama sambil memakaikan jam tangan ditangan kiriku. Wajah kubuat sedatar mungkin, jujur aku kesal sekali karena akan bertemu dengan makhluk gila sebentar lagi. Ketika aku telah tiba didepan kantor kepala asrama, Bu Sinta sudah berkacak pinggang menahan marah. Wah, wah, apa nih?

“Mana anak anaknya??” Meskipun tidak membentakku, beliau berbicara tidak sabaran. Aku menggeleng, mana aku tau? Satu asrama saja tidak.

“Nggak tau, bu. Bukannya tadi sudah dipanggil sama bagian informasi?”

“Yausudah! Panggil lagi!”

Oke, aku dititah lagi, kutarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. Aku kembali keasrama lagi dan mencari salahsatu anak bagian informasi.

~~~

Begitu sampai digerbang depan sekolah, aku segera menghampiri Hades yang bersender di tembok samping satpam, bagaimana bisa aku langsung mengerti jika itu dia? Jas hitamnya yang mencolok diantara anak ekskul yang berseragam khas sekolah sangat membantuku menemukannya. Tangannya terlipat bahkan mukanya terlihat sangat tidak enak terlihat. Pasti setelah ini dia ngajak perang.

“Lama!”

Waw serangan pertama yang mengerikan. Mataku yang enggan menatapnya lama lama segera melihat para adik kelas yang mengikuti ekskul ini. Ayolah, hari ini sudah cukup melelahkan dan dia mengajak perang?

“Nuduh aku atau siapa nih?” Aku meliriknya sekilas. Bukannya menjawab, dia justru mengeluarkan ponsel. Untung anak orang, kalo nggak dah kusleding dari tadi kali ya? Gatel banget kaki mau nyeleding!

Guru pembimbing ekskul mulai memberikan arahan tentang tujuan kami. Aku hanya menyimaknya sekilas mungkin tidak terlalu peduli. Toh, tugasku disini paling cuma menemani anak anak ekskul, nggak harus ikutan juga kan? Aku melirik Hades yang masih ada disampingku, yah, dia masih setia dengan ponselnya

Guru pembimbing memulai perjalanannya, aku juga akan mengikutinya. Belum ada dua langkah aku berjalan, kerah kemejaku tertahan. Aku yang tercekik buru buru mundur kebelakang.

“AKHH!”

Setelah sepenuhnya aku kembali disamping Hades, laki laki itu memasang wajah datarnya tapi tangannya tidak lepas dari kerah belakang kemejaku. Aku membalas tatapannya sengit. Mau apalagi dia??!

“Apa ,hah??! Aku bukan kucing yang harus kamu pegang kerahnya!”

Dia meletakkan telunjuknya didepan bibirnya, memberi isyarat untuk aku diam. Meski aku enggan melakukannya tapi tetap saja aku diam. Aku mengira dia menyuruhku diam agar aku tidak menurunkan kewibawaanku sendiri didepan adik kelas yang masih lewat. Tumben masih inget wibawa, biasanya juga barbar.

“Mau kamu hilang wibawa didepan adek kelas?” Katanya dengan tatapan merendahkan setelah para adek kelas melewati kami. Aku membalasnya dengan sengit.

“Wah, kerasukan apa nih? Tumben banget ngomong gitu?”

“Udah ah, jalan.”

Hades berjalan lebih dulu dengan kedua tangan bersarang didalam saku celananya. Tadi main narik buat tinggal sekarang aku yang ditinggal?? Buru buru aku menjajarkan langkahku dengannya. Aku yakin mukaku kesal setengah mati saat ini. Setelah apa yang dia lakukan padaku.. awas aja, aku balas!

“Gunanya kita dikirim kalo jalan didepan buat apa? Sama aja kan?”

Aku hanya diam, malas untuk menanggapinya. Aku bisa mendengar dia menghela nafas berat. Jangan bilang dia mau ngeluarin rentetan ocehannya? Erggh..

“Aku lagi capek, diem bentar.”

Aku tidak tau kenapa dia begitu menurut, tapi setelah itu kami melanjutkan langkah kami tanpa ada yang berbicara.

~~~

Lihat selengkapnya