Our Happiness

Nafidza Ainun Salsabila
Chapter #22

I'm Her Father

"Ca, aku percaya sama kamu jangan ngamuk, jangan hancurin barang dan jangan asal habisin orang!" Ujar Dylan tepat sebelum Samantha masuk ke kursi kemudi mobil menggantikan Dylan yang sudah masuk ke pekarangan rumahnya.

"Iya, astaga. Aku udah punya dua ayah dan jangan sampai kamu jadi yang ketiga!"

Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan tanpa ada percakapan yang terlontar. Jarak menuju istana kekaisaran yang ditempuh masih banyak tapi mereka sudah bisa melihat istana kekaisaran yang megah dan terlihat mewah. Keheningan yang ada pada mereka terganggu karena panggilan yang masuk dari ponsel Samantha. Gadis itu melirik ponselnya yang ia letakkan di kursi penumpang sebelah kirinya-membiarkannya berdering begitu tanpa ada tanggapan berarti.

"Kamu mau jawab? Biar kuban-"

"Diam disitu! Tidak ada yang pernah izinin kamu membantuku." Samantha mendesis hampir terlihat dia ingin marah. Luke yang sebelum sudah hampir bangkit tadi, kembali duduk perlahan karena ketakutan. Mata merah disana memperhatikannya dari cermin. Niatnya padahal baik sekali untuk membantu tapi, Luke lupa jika orang yang bersamanya bukan sembarang makhluk. "Kuakui niatmu baik, tapi tolong lihat dengan siapa kamu akan bertindak. Kalau dipikir lagi aku masih kesal karena kamu sempat merantaiku dengan sihirmu waktu itu." Samantha melanjutkan kalimatnya disertai hembusan nafas cukup keras.

"Aku minta maaf untuk yang satu itu dengan seluruh hidupku. Aku benar-benar tidak bermaksud tidak sopan."

"Ya, bicara begitu dengan 'ayah'ku nanti."

Luke menelan ludahnya yang entah mengapa sekarang terasa lebih sulit dibanding biasanya. Dia memang tidak tahu banyak dengan kehidupan anggota kekaisaran sekarang kecuali melalui orang tuanya. Kaisar saat ini mengadopsi Samantha sebagai anak tirinya tapi, berdasarkan pembicaraan Samantha dan Dylan tadi, dua ayah? Jadi, sekarang ayah yang mana gadis itu maksud? Biasanya seorang ayah akan sangat menyayangi anak putrinya sehingga jika ada suatu hal buruk terjadi mungkin akan menjadi sangat marah. Ayah pertama ada kaisar yang jabatan kaisar saja sudah menakutkan lalu dua ayah bukankah itu menjadi mimpi buruk?

Samantha melirik lagi sekilas teman Dylan dikursi penumpang bagian belakang. Rupanya dia berpikir keras akan gertakan kecilnya tadi. Padahal ayah hanya sebutan baginya, dia tidak merasa betulan memiliki ayah dihidupnya. Memang kaisar sangat lunak padanya tapi, itu bukan berarti bisa menjadi pengecualian. Bagaimana pun kaisar harus tegas kepada siapa pun.

"Malam ini kita pergi kekediamanku, kita akan menemui kaisar besok pagi."

Mobil perlahan masuk ke dalam taman rumah yang terlihat mewah setelah dua orang membuka pagar besar rumah ini. Mereka dimanjakan dengan taman luas yang tertata rapi bahkan saat dimalam hari tetap indah karena pencahayaan yang cukup. Usai mereka benar-benar tiba didepan rumah, Samantha turun begitu saja membiarkan mobil tetap menyala. Luke mau tidak mau turun terburu-buru menyusul ketempat gadis itu berdiri. Disana mereka disambut oleh pelayan yang tunduk patuh kepada Samantha.

"Hari ini tidak ada masalah, Fred?"

"Semua aman, lady. Laporan lainnya sudah saya letakkan dimeja dan terkirim ke email lady."

Sebagai jawaban Samantha mengangguk paham dan meninggalkan pelayannya. Ketika Luke akan menyusul gadis itu, sang pelayan berdiri didepannya dan tersenyum ramah.

"Sesuai perintah lady, saya akan membawa anda ke kamar yang sudah disediakan. Biar saya antar."

Luke awalnya terlihat ragu untuk langsung mengikuti pelayan yang bernama Fred ini. Tapi, dia tidak lagi melihat Samantha pada pandangannya jadi dia pasrah mengikuti pelayan ke kamar yang katanya sudah disediakan. Mereka masuk melalui pintu utama yang besarnya bisa 3 atau 4 kali tubuh orang dewasa. Tidak seperti taman yang memiliki penerangan redup namun cukup, didalam rumah kondisinya lebih gelap entah karena lampu tidak dinyalakan atau bagaimana.

Setelah disambut ruangan luas, mereka berbelok menuju sebuah koridor panjang yang sisi sebelah kanannya diisi oleh beberapa pintu dan sisi kiri terdapat banyak jendela besar yang tidak ditutup oleh kain gorden sehingga cahaya bulan yang begitu cerah masuk menerangi jalan koridor itu. Tiba-tiba sebuah bayangan bergerak yang berasal dari luar jendela diantara pohon yang ada ditaman. Luke sempat terdiam sejenak memastikan penglihatannya dan kembali berjalan karena itu bukan apa-apa awalnya. Bayangan hitam itu lewat lagi namun dia tidak dapat memastikan apa itu sehingga diam-diam Luke berusaha membisikkan beberapa mantra.

"Sebaiknya jangan menggunakan sihir dikediaman ini. Jika lady mengatakan kediaman ini miliknya itu benar tapi, sebenarnya tempat ini pemberian kaisar yang sudah pasti pengawasan ada langsung pada yang mulia kaisar." Fred berbicara tanpa menoleh kebelakang dimana Luke berada. Karena merasa sudah ketahuan, dia membatalkan sihirnya begitu saja dan membiarkan bayangan hitam itu berlalu entah kemana.

Kamar yang mereka sediakan berada di salah dari sekian banyak pintu yang ada dikoridor rumah ini. Mereka juga memiliki jendela besar. Sungguh rumah yang memiliki ciri khas arsitektur lama eropa. Fred menunjukkan kamar dengan singkat dan bergegas meninggalkannya seperti memiliki pekerjaan lain yang lebih penting. Luke tidak ambil pusing hal itu dan memilih tidur serta mempercayakan segalanya pada pemilik rumah.

~~~

Lihat selengkapnya