Our Happiness

Nafidza Ainun Salsabila
Chapter #4

Heart of Heartless

Andi    

Seorang laki laki berlari di trotoar jalan. Matanya berkali kali melihat kebelakang, memastikan makhluk menyeramkan berjubah hitam masih mengejarnya atau tidak. Padahal niatnya hanya ingin membeli makan malam untuknya di kos tapi, niatnya hilang begitu saja setelah mahkluk dengan gigi taring tajam menyapanya dengan senyuman mengerikan.

Matanya fokus mencari jalan yang hampir sepi, berusaha kabur atau mencari tempat sembunyi. Tapi, mau seperti apapun dia sembunyi, makhluk itu pasti akan menemukannya. Dia berdecak kesal, bagaimana bisa makhluk itu menemukannya dengan mudah? Hingga tiba di ujung jalan sempit, laki laki itu kehabisan akal lagi untuk kabur. Jalan buntu. Dan makhuk itu juga sudah berhenti.

“Wah~ apa permainan akan selesai seperti ini?” Makhluk itu mendekat dengan seringainnya.

“-atau tidak?”

Andi yang merasa tidak dapat kabur lagi, dia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya. Setidaknya mengulur waktu hingga ada orang datang dan membantunya.

“Bagaimana bisa makhluk mitos seperti kalian ada didunia seperti ini?”

Makhluk itu tertawa sejenak, lalu memberikan senyuman andalannya. “Pertanyaan bodoh. Berarti pikiranmu yang sempit.”

“Kasus manusia yang mati terbunuh didekat hutan itu juga ulahmu?”

“Bisa iya, bisa tidak.” Makhluk itu mengangkat bahu lalu berjalan semakin mendekat. “Dunia ini tidak sesederhana yang kamu pikirkan. Kamu bisa melihat jika vampir itu nyata seperti dihadapanmu sekarang dan sudah kenyataannya jika kamu adalah makanan kami.”

Tanpa Andi sadari, makhluk itu sudah lebih dulu menyerangnya dengan kukunya yang tajam.

Gerakannya yang cepat membuatnya hanya bisa bergeser sedikit dari tempat. Cairan kental berwarna merah itu mengalir dilengan kiri Andi. Makhluk dihadapannya tersenyum senang mendapati darah di ujung jarinya.

“Seperti yang sudah kuduga, darah kalian memang manis.” Katanya setelah menjilat cairan merah ditangannya. Andi meringis, entah karena rasa sakit karena luka ditangannya atau melihat makhluk itu menjllat darahnya deengan menjijikkan.

Ketika makhluk itu akan menyerang lagi, Andi memposisikan dirinya untuk melawan tapi, makhluk itu tiba tiba tumbang dihadapannya. Andi melongo tidak percaya, sumpah itu bukan aku!

Tidak jauh dari makhluk itu jatuh, seekor serigala besar berwarna kuning emas menghampirinya. Matanya yang tidak jauh beda dengan bulunya itu mengkilat karena cahaya bulan. Andi melangkah mundur karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Berapakali aku harus bilang sama kamu, dyl, jangan bertindak sembarangan.” Dibelakang serigala besar itu berjalan seorang gadis dengan seragam sekolahnya. Andi mengerutkan keningnya, seragam yang dipakai gadis itu sama seperti seragam sekolahnya. “Kamu nggak apa?” gadis itu mendekat lalu memberikan tangannya yang tidak memegang alat tembak.

“Kamu..” Andi menggeleng tidak percaya. Kapan ada teman sekolahnya yang seperti ini?

Gadis itu berambut putih keperakan, matanya biru permata terlihat mengkilat. Mungkin memang terlihat cantik jika darah yang masih terlihat basah tidak ada di seragam sekolahnya.

“Gimana? Udah ditolong orangnya?” Suara yang tidak asing ditelinga Andi, membuatnya semakin bingung. Serigala tadi sudah menghilang bergantikan kemunculan teman sekelasnya.

“Dylan?”

Laki laki yang disebut namanya menoleh, bagaimana bisa dunia begitu sempit? “Lah, Andi? Ngapain lo malem malem diluar gini?” Meski terdengar tidak jelas, tapi dylan terdengar bicara ragu. Ada yang dikhawatirkannya.

“Lo sendiri? Masih pakai seragam?”

Lihat selengkapnya