Fred takut takut melirik kebelakang dimana sang nyonya sedang duduk. Jelas sekali setelah menerima telfon, nyonya nya menghembuskan nafas keras berulang kali. Tidak seperti biasanya jika nyonya sedang kesal atau marah?
Belum lagi perintah penuh penekan menuju salahsatu tempat yang tidak biasa dikunjungi, membuatnya semakin heran.
Gadis itu melirik layar ponselnya, menimbang nimbang akan menghubungi sahabatnya atau tidak. Entah sejak kapan dirinya bisa penuh perhitungan hanya untuk orang lain, Samantha sendiri tidak tahu. Rasa frustasi yang terus berkeliaran dipikirannya membuatnya mengerang pelan dengan tangan mengacak poninya. Belum lagi Hades yang tiba tiba menyuruhnya mengecek kostum yang akan digunakan saat acara jumat depan. Itu pun hanya dia sendiri yang pergi.
"Lady, ada yang-"
"Jangan temui aku tiga minggu ini kecuali aku yang menemuimu langsung. Pastikan selalu mengirim laporan karena aku tidak akan ke 'wilayah timur' selama itu. Kerjakan segalanya dengan baik selama aku tidak ada."
Fred menelan ludahnya susah payah demi mendengar ucapan panjang dengan satu tarikan nafas itu. Ketika dirinya akan bersuara lagi, Samantha menepuk pundak supir mobil. Sang supir sontak kaget dan langsung menegakkan tubuhnya.
"Ya, lady?"
"Berhenti."
Tidak ingin terkena masalah, supir segera menepikan mobil dipinggir jalan. Persis ketika mobil berhenti Samantha mendekatkan wajahnya kesamping telinga Fred. Laki laki itu seperti lupa jika dia terus menahan nafasnya.
"Kerjakan semuanya seperti biasa."
"Baik, lady."
Tanpa basa basi lagi, Samantha keluar mobil dengan cepat. Fred dan supir mobil menghela nafas begitu nyonya mereka keluar dari mobil.
"Bukankah tujuan kita masih jauh?"
Fred menggeleng pelan, "Lady menggunakan jalan pintasnya."
Mobil perlahan kembali berjalan. Sepertinya tidak ada yang menyadari jika gadis itu sudah menarik jubah hitam yang selalu ia simpan didalam mobil. Samantha menatap kepergian mobilnya dari balik jalan kecil diantara gedung sebentar sebelum memasang tudung jubah kekepalanya. Perlahan ia menarik nafas dalam sebelum berjalan semakin dalam ke jalan sempit itu.
Gadis itu sendiri tidak yakin jika dia akan benar benar berhasil dengan 'jalan pintas'nya. Terlebih seperti yang dikatakan Athala jika warna matanya semakin memudar. Kekuatannya sama memudarnya.
~~~
"Buset lo beneran telat!"
Samantha mengangkat bahunya malas. Nafasnya jelas masih terengah karena terus berlari dan melompati beberapa bangunan demi cepat sampai tujuan.
Malam ini bagian kesenian sedang melakukan rapat di workshop andalan mereka. Persis di dekat kelas anak kelas sepuluh. Rapat tiba tiba yang terpaksa dilakukan sehabis liburan karena acara yang akan mereka adakan bisa dibilang sudah sangat dekat.
Sebelum rapat informal mereka dilakukan, semua hampir menanyakan dimana keberadaan anggota terakhir mereka bahkan Hades sudah berkali kali menghubungi Samantha tapi tetap tak ada jawaban. Rapat tidak akan bisa berjalan karena Samantha yang mengecek kesiapan kostum mereka.
Tepat ketika mereka pasrah dengan kehadiran Samantha yang telat masuk sekolah-asrama mereka, gadis itu muncul dengan kemeja biru muda dan rok putih. Blazer putih menggantung dilengan tangan kirinya. Jubah hitam yang ia kenakan tadi sudah dilipat rapi dan disimpan dibalik blazer. Mukanya terlihat kusut terlebih dengan nafas seperti terengah engah.
"Partner gak ada akhlak!"