Our Happiness

Nafidza Ainun Salsabila
Chapter #19

(Not)The Beginner

"Duchess Samantha Hanson de Regle datang memasuki ruangan!"

Penyambut pintu utama dengan lantang menyebutkan namaku bahkan dengan tambahan nama keluarga penguasa duchy bagian timur. Bukannya tidak suka, tapi terasa tidak cocok. Jadi, aku selalu meminta semua orang yang mengenaliku dan bawahanku agar cukup memanggilku 'lady'.

Seperti yang sudah kuduga, semua bangsawan menatapku dengan tatapan bervariasi. Bahkan ada yang terang terangan memberikan tatapan tidak suka. Tidak masalah jika dia membenciku, toh dia tidak nyaman berperilaku hormat padaku-anak yang bahkan umurnya belum mencapai dua puluh dan campuran tidak normal ini. Aku mengerti.

Mungkin diantara yang membuat mereka menatapku begitu lama itu pakaianku yang memang tidak biasa. Penguasa mana yang akan memakai pakaian santai seperti blouse berpita ukuran sedang dikerah dan rok lebar selutut bermodel A? Ditambah pakaian yang kugunakan cukup cerah seperti warna peach dan putih. Belum lagi sepatu berwarna putih yang tidak menunjukkan seorang lady sama sekali. Hanya saja, sebagai pemanis aku memakai bros turun menurun milik keluarga de Regle. Entah siapa pun yang meneruskan gelar de Regle pasti akan mendapat bros ini. Bros yang tidak cukup besar sederhana dan indah. Batu ruby-nya bersinar mengikuti warna mataku yang seperti merah permata. Tidak seperti vampir kebanyakan yang hanya berwarna merah cerah seperti darah.

Lihatlah semua bangsawan ini. Mereka unjuk diri dengan memakai pakaian terbaik mereka. Entah nyonya yang memakai gaun mewah dengan aksesoris mahal atau setelan jas dari designer terkenal. Itu membuatku muak.

"Selamat pagi, duchess. Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda. Bagaimana kabar anda?" Maquess Brokch langsung menghampiriku. Aku menatap dia dengan datar. Aku tidak akan munafik dengan ekspresiku jika aku tidak suka. Dan lihat matanya yang bergerak menilai pakaianku dari bawah hingga atas.

"Seperti yang anda lihat." Kataku cuek. Aku yakin jika marquess sudah berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat.

"Saya khawatir karena anda sangat jarang terlihat dipergaulan kelas atas." Aku mengangguk pelan. Pernyataannya tidak salah.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Karena aku masih muda, banyak pekerjaan dan kegiatan yang harus kulakukan. Jadi, perjamuan seperti ini menghabiskan waktuku."

"Sepertinya pakaian anda terlalu santai untuk acara saat ini." Marquess sekali lagi menyerangku, kali ini suaranya keluar lebih keras sehingga menarik perhatian beberapa orang. Astaga, mulut laki laki tua satu ini seperti mulut nyonya nyonya dalam perkumpulan pesta minum teh.

"Oh, benarkah? Aku kira pakaian seperti ini cocok untuk anak umur tujuh belas tahun sepertiku. Apakah aku salah?" Kataku sambil tersenyum. Marquess terdiam sambil menatapku tidak suka.

Semakin kesini semua makin terlihat wajar. Selama ini kekuasaan semua duke ditentukan sesuai kehendak kaisar. Mereka bisa diberhentikan kapan saja dan dipilih atas kehendak kaisar pula. Tapi, duke masih bisa terus mewarisi gelarnya kepada anak yang mereka miliki selama kaisar tidak memberhentikan mereka. Seperti Duke of South saat ini, keluarga mereka sudah cukup lama mengabdi pada kaisar sehingga anak mereka bisa mewarisi gelar ayahnya.

Berbeda dengan gelar Marquess, Count, atau Baron. Mereka diberi keistimewaan terus mewarisi gelar kepada anak cucu mereka. Gelar mereka hanya bisa dicabut jika mereka melakukan kesalahan yang benar benar berat. Karena kebijakan ini, banyak penguasa Marquess dan Count merasa lebih kuat dibanding gelar Duke yang penguasanya bisa berubah ubah dan bukan berasal dari keluarga bangsawan.

Tapi, dibalik kebijakan ini, banyak penguasa Marquess dan Count memandang rendah keluarga Duke secara tidak langsung. Mereka tentu tidak berani menentang atau menjatuhkan secara langsung karena penguasa Duke dibawah perlindungan kaisar.

Apalagi aku yang merupakan anak angkat kaisar langsung. Para keluarga bangsawan langsung enggan padaku dan tidak mempermasalahkan apa yang aku lakukan. Tapi, disitu poinnya. Aku yang merupakan anak angkat ini justru menimbulkan banyak tentangan. Bukan karena aku diberi posisi setinggi Duchess tapi, aku masih terlalu muda untuk mengatur wilayah sebesar Duchy of East dan menggantikan kekuasaan penguasa sebelumku.

Olehkarena itu semua bangsawan menaruh semua kebenciannya padaku. Lebih dari Duke baru dari wilayah barat dan utara.

"Yah, tidak ada yang salah. Dia berhak berpakaian seperti itu."

Aku dan Marquess Brockh segera menoleh mendengar suara berat dari belakangku. Marquess segera membungkuk.

"Salam yang mulia Duke Lucas." Dia mengangguk singkat lalu memperhatikanku.

"Aku lupa untuk tidak berharap salam darimu." Katanya sambil tersenyum miring kepadaku. Kuangkat bahuku tidak peduli. Ngomong ngomong pakaian Lucas yang serapi ini sudah kedua kalinya aku melihatnya tapi, masih terasa aneh. Karena biasanya aku melihatnya didalam kediaman tidak menggunakan atasan apapun. Dan sekarang dia terlihat sangat berwibawa meski tidak bisa beneran dibilang rapi.

"Apa kalian sudah selesai berbicara? Aku ingin bicara dengan Samantha."

Sebelum Marquess menghindariku, aku segera menyentuh lengan Lucas untuk menarik perhatiannya.

"Masih ada yang perlu kami bahas. Aku akan menemuimu setelah ini." Kataku sambil tersenyum singkat.

Lucas mengangguk mengerti dan segera meninggalkanku. Marquess ragu ragu melihatku, aku tetap mempertahankan senyumanku. Kuharap dia mengerti arti dari senyumanku.

Aku segera melihat Marquess Brockh. Dia terlalu tenang untuk menghadapi dosa yang telah diperbuatnya.

"Apa perbatasan kekuasaan anda baik baik saja?"

Marquess menatapku sejenak baru tersenyum.

Lihat selengkapnya