Jakarta, 29 Januari 2015
“Juara satu Olimpiade Musim Dingin Ice Skating Open diraih oleh Adinda Salsabila dari Blue Ice Skating.” Suara itu lantas disambut suara gemuruh dari teriakan dan tepuk tangan penonton, khususnya Blue Ice Skating Klub yang tengah meraung atas kemenangannya. Olimpiade musim dingin Ice Skating open adalah ajang perlombaan Ice Skating yang diikuti dari usia 9 tahun hingga 23 tahun. Perlombaan ini biasanya diadakan setahun sekali saat liburan semester.
Sebuah pasang mata mentap lekat kearah mereka, mata yang melihatkan kehampaan, kekecewaan, bahkan sedikit rasa iri terpancar dari mata seorang gadis muda bernama Ayesha Nathania. Ia merasa gagal karena telah mengecewakan Aletra—klubnya, matanya memanas ingin menangis karena menahan sesak didadanya. Sembari terus menatap lawannya, sebuah tangan tiba-tiba saja melingkar memeluk tubuhnya. Sebuah kalimat penyemangat terdengar di telinganya, “Ayesha jangan ditahan nak, menangislah jika kamu ingin. Lalu bangkitlah kembali.” Begitu katanya.
Air mata Ayesha luruh seketika, ia menangis tersedu-sedu dipelukan ibunya, Anjani Putrisama. “Ibu, Aku akan berhenti. Aku ingin keluar dari klub.” Kata Ayesha di sela tangisnya.
Anjani melepaskan pelukannya, ia menatap wajah putrinya yang memerah karena menangis. Anjani tau bahwa kegagalan itu sangat menyakitkan tapi putrinya bahkan sangat menyukai Ice Skating sejak ia kecil.
“Apa kamu yakin?” tanya Anjani yang mendapati anggukan dari putrinya sebagai respon pertanyaanya.
“Ayesha kamu baru gagal sekali, bukankah ini terlalu cepat nak? Kamu menyerah semudah ini?”
“Untuk apa jika tidak menang? Aku sudah kalah. Pokonya aku mau keluar.” Final Ayesha
“Anjani Putrisama! Maaf anda benar Anjani atlet panahan yang memenangkan Asian Games waktu itu kan?” suara itu mengintrupsi ibu-anak itu. Mereka mendapati segerombolan kakak-kakak cantik yang sepertinya seorang mahasiswi berlarian mendekati keduanya.
Anjani tersenyum, ia merasa senang karena diumurnya yang sudah 35 taun ia masih dikenal sebagai sang juara. Sedikit bercerita Anjani adalah mantan atlet yang mewakili Indonesia di bidang panahan. Dirinya sudah memenangkan berbagai ajang perlombaan dari tingkat nasional hingga internasional diusianya yang masih muda.
“Benar, itu sudah sangat lama dan kalian masih mengenal saya?”
“Tentu saja, saya penggemar anda dulu. Bolehkah saya minta tanda tangan?” ucap salah satu kakak itu.
Ayesha memutar matanya malas, kejadian seperti ini sangat sering ia lihat kala ia bersama dengan ibunya. Apakah Ibunya memang sehebat itu?
“Bu aku tunggu di mobil ya.” Ucap Ayesha dengan nada malas dan kemudian berlalu meninggalkan Anjani yang masih sibuk dengan para penggemarnya.
....
Sepanjang perjalanan pulang Ayesha dan Anjani hanya diam, Ayesha menatap keluar kaca mobil sedangkan Anjani hanya fokus untuk menyetir. Ayesha menerawang jauh kedalam pikirannya, apakah ini keputusan terbaiknya untuk berhenti dari klub.
“Ayesha..” panggilan dari Anjani membuyarkan lamunannya lalu Ayesha menolehkan wajahnya untuk menatap ibunya.