Our Last Journey

Diantara Khita
Chapter #3

1.2 Anjani Si Nakal

Anjani termenung menatap penjuru kantin sekolahnya, bagaimanapun ia harus memikirkan cara agar dirinya bisa dipindahkan ke SMU Wirabrata.

“Misi ini tak akan gagal kan.” Gerutunya pada diri sendiri.

Misi pertama, merundung teman seangkatan.

Mata Anjani beredar seperti tengah mencari mangsa yang cocok. Matanya terhenti kala ia mendapati seorang gadis seusianya dengan rambut yang dikepang dua tengah duduk sendiri. Anjani mendekati gadis itu, berniat untuk menjadikannya tumbal otak kriminalnya.

“Apa makananmu enak?” kata Anjani sembari merangkul gadis itu.

Anjani mengamati gerak-gerik gadis itu, ia tampak risih dengan kehadiran Anjani.

Gadis itu tak menjawab, Anjani lantas lantas meraih sebotol fruit tea rasa blackcurrent milik gadis itu. Bukan untuk ia minum melainkan untuk dituangkan di makanannya.

“Apa sekarang enak?” Anjani sudah tertawa jail kala usahanya sepertinya akan membuahkan hasil. “Kau bisa melaporkanku kepada kesiswaan kalau kau ingin. Aku tidak akan kabur.” Ucap Anjani kembali. Diliriknya sebuah bet nama yang menampilkan nama Sarah Arunika disana.

Sarah hanya menunduk diam, dan betapa terkejutnya Anjani saat Sarah melanjutkan memakan makanan-nya. “Jangan dimakan! Aku akan belikan yang baru nanti.”

Dengan wajah kebingungannya, Sarah memberanikan diri untuk menolehkan kepalanya untuk menatap Anjani. “kau becanda?” kata sarah.

“Seharusnya kau melaporkanku, kenapa kau malah diam saja?”

“Aku sudah terbiasa seperti ini.”

“Terbiasa seperti ini? Kau sudah biasa dibully huh?” Anjani tak habis pikir dengan orang-orang yang masih saja merundung orang yang lemah.

Sarah mengangguk menyetujui. “Kau juga tidak berniat untuk melaporkanku?” tanya Anjani sekali lagi dan mendapat anggukan dari Sarah.

Gagal.

Anjani meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang dilipat sebagai tumpuannya, usahanya tidak berhasil. Sambil termenung Ia kembali memikirkan cara agar dirinya bisa diusir dari sekolah ini dan seolah sudah memikirkan rencana cadangan, ia kembali beranjak untuk menjalankan misi selanjutnya.

Misi kedua, berburu.

Anjani sudah siap dengan busur dan anak panahnya. Ia kini tengah berada di rooftop sekolah untuk mengintai mangsa selanjutnya. Mangsa kedua, Kepala sekolah.

Bukan tanpa alasan, Kepala sekolahnya selalu menggunakan rambut palsu untuk menutupi kepalanya yang botak dan itu menjadi bahan ide gila Anjani. Anjani mengangkat busurnya, Ia tarik tali busur lalu ia tempelkan jari-jari tangannya ke tulang pipi. Badannya tegap dan matanya terbuka semua bukan seperti atlet panah lain yang akan menutup satu mata mereka.

Anjani tersenyum miring saat ia membidik mangsanya yang ada dibawah sana tengah berbincang dengan guru lain lalu release.

Sebuah anak panah kemudian melesat diudara menuju target bidikannya. Hanya butuh beberapa detik hingga panah itu berhasil melepaskan rambut palsu milik kepala sekolah dan menampilkan rambut botaknya.

“Siapa yang berani melakukan ini?!” seru sang kepala sekolah mencari dalang dibalik kejadian ini sambil buru-buru mengambil rambut palsunya dan memasangnya kembali.

Anjani yang senang karena bidikannya tepat dengan segera ia melompat-lompat sambil melambaikan tangannya. “Itu Aku!!”

Lihat selengkapnya