Our Last Journey

Diantara Khita
Chapter #13

2.5 Sambutan dari Neraka

Api berkobar dimana-mana ketika mobil pick up berwarna hitam melaju di hiruk pikuk kota Jakarta. Mereka tak tahu harus kemana yang terpenting saat ini adalah pergi dari sini. Sepanjang perjalanan mereka tak henti-hentinya terbuat ternganga melihat kota ini telah seperti neraka. Mereka melihat bangunan megah, toko-toko kecil bahkan beberapa kendaraan dibakar yang membuat malam ini jauh lebih terang.

“Bang kita akan kemana?” tanya Kinar di bangku penumpang.

Akio yang di sebelahnya menoleh sekilas, “kata Senar kita harus ke jalan x.” Jawab Akio seadanya. Ia harus fokus menyetir karena saat ini dia menggenggam sebelas nyawa yang sangat berharga. Dia harus hati-hati melajukan mobilnya.

“Bukannya jika ingin ke kos malah akan lebih jauh kalau lewat jalan itu?”

Akio menganggukan kepalanya, “yang penting kita aman.”

Berbeda situasinya dengan bak belakang mobil yang diisi 10 orang. Sunyi. Mereka setengah tidur. Ada rasa waspada yang terbesit di hati mereka jika mereka menutup mata.

“Astaga. Aku pasti sudah gila, aku sangat takut sekaligus mengantuk.”

“Aku juga, Wi.” Ucap Anjani yang menanggapi Dewi.

“Apa karena kita sedikit santai sekarang?” kini Juna yang berbicara.

“Aku harap semua ini adalah mimpi saat aku bangun.” Imbuh Sarah dengan memejamkan matanya.

 “Perjalanan masih jauh, kau tidur saja.” Bisik Senar yang memang duduk di sebelah Anjani.

“Apa tidak nyaman?” bisiknya lagi.

Anjani menganggukan kepalanya. Kemudian Senar menaruh kepala gadis itu untuk menyender di bahunya. Anjani bisa merasakan aroma tubuh Senar masih harum padahal pria itu juga sama repotnya seperti yang lain. Aroma Senar seperti buah-buahan, ini membuat dirinya mengingat sesuatu.

“Se, kau pakai parfum?”

“Iya tapi aku tak mengira akan tahan lama seperti ini.”

“Kau sangat harum.”

“Apa kau menyukainya?” Anjani lantas mengangguk, “tapi aroma ini sangat familiar buatku.”

“Ini pemberian temanku. Mungkin kau tahu karena ada banyak yang menjualnya persis dengan milikku.” Jelas Senar sembari menepuk-nepukkan bahu gadis itu, ia berharap Anjani lekas tidur.

“Ya kau benar.., temanmu sangat baik dalam memilih. Kau sangat cocok dengan aromanya.”

Senar tersenyum merasa puas karena telah memakai parfum pemberian temannya itu, “Ini pemberiannya saat aku ulang tahun. Malam ini adalah hari ulang tahunnya, dan aku tidak bisa memberikan apapun karena keadaan kita seperti ini.” Anjani mendongak mendapati raut wajah pria itu seperti mengkhawatirkan sesuatu.

Lihat selengkapnya