Our Lie

Dini Salim
Chapter #2

2. Kali Kedua

Setelah berkendara sekitar dua puluh lima menit, keluarga yang terdiri atas empat orang itu sampai di sebuah salon yang ternyata sudah menjadi tempat andalan Papi dalam urusan menata rambut. Mami juga kadang sering ke sini jika salon andalannya sedang ada kendala. 

Papi dan Mami adalah public figure, jelas sangat memerhatikan penampilan. 

Ketika duduk di kursi berderet dengan posisi dari kanan Papi, Lathi, Lito dan Mami., Papi meminta stylish untuk mewarnai rambut mereka dan Lathi membulatkan matanya dengan terkejut saat mendengarnya. 

"Pi, serius nih?" tanya Lathi dengan wajah super khawatir. "Bisa-bisa rambut aku dipotong sama kepala sekolah." 

"Ck, kamu tenang aja, Sayang." Papi menukas dengan santai. "Papi kenal sama kepala sekolahnya. Rambutnya indah kamu nggak bakal dipotong." 

Lathi tahu Papinya mengenal Kepala Sekolah dengan baik karena dulunya Papi adalah salah satu guru di sekolah itu. Namun, Lathi tetap tak mau melanggar aturan sekolah. Jadi, ia merengek pada Mami di ujung sana. 

"Mi," kata Lathi dengan wajah memelas.

"Turutin ajalah, Thi." Mami membalas dengan pasrah. "Ini hari Papi kamu soalnya. Mami juga nurut."

"Pi," lanjut Lathi, kini beralih pada Papi setelah gagal mendapatkan pembelaan dari Mami. "Please, Pi. Aku nggak mau warnain rambut." 

"Sekali aja. Sekali ini aja. Papi mohon." Papi menatap Lathi dengan sorot mata penuh permohonan. "Kalau nggak cocok, Papi nggak akan pernah ajak kamu lagi buat warnain rambut." 

"Turutin aja dong," kata Lito turut memberi motivasi pada Lathi. "Biar cepet pulang." 

"Ck, diem lo." Lathi mendelik pada Lito dan beralih pada Papi lagi dengan wajah khawatir. "Pi, nanti aku dikata-katai sama temen-temen." 

"Kayak yang punya temen aja." Lito lagi-lagi bersuara.

"Diem!" Lathi Tak bisa untuk menahan tangannya agar tak mencubit paham Lito agar mulutnya bisa tertutup rapat.

"AW!" pekik Lito kesakitan. Selanjutnya, ia jadi diam, menyesal. Dari apapun di dunia ini, ia paling takut pada Lathi. Kalau marah, anak itu suka pakai fisik dan Lito belum berani untuk membalasnya, entah kenapa, tatapannya selalu berhasil membuat Lito tak bisa berkutik lagi.

Papi menatap Lathi dengan lembut. "Nanti Papi yang bakal bales kata-katai temen-temen kamu. Tenang aja. Papi bakal lindungin kamu. Kalau ada yang ganggu, bilang aja ke Papi." 

"Aku bukan anak manja yang pengadu, Pi." Lathi mengalihkan pandangannya dari Papi dengan wajah marah yang ditahan. Meski Papi dan Maminya punya nama, Lathi tak pernah mau menggunakan kuasa keduanya untuk memudahkan hidupnya. 

Moto hidup Lathi adalah mandiri. 

"Lalu apa masalahnya? Lagian Papi nggak bakal minta kamu warnain semua rambut kamu. Paling cuma satu bagian aja." Papi menjelaskan dengan heran. Kemudian ia mengambil beberapa helai rambut Lathi Yang dikumpulkan menjadi sebesar kelingking Lathi. "Nih, cuma seiket gini aja." 

Lihat selengkapnya