Our Lie

Dini Salim
Chapter #7

7. Mengalah

Aldo menggunakan tasnya untuk melindungi kepala Lathi dari air hujan. Lathi menatap Aldo dengan mata membulat dan saat mata keduanya saling bertemu, waktu seperti diperlambat. Titik-titik air seperti hujan busa, membasahi lengan, kepala dan pundak Aldo dengan bunga-bunga dan kupu-kupu berterbangan menghiasi suasana dalam benak Aldo.

Saat akhirnya Lathi menolehkan pandangannya kembali ke depan, waktu kembali berjalan normal. 

Bersama orang-orang yang terkejut, Aldo dan Lathi berlari menuju koridor di depan mereka. Tak ada lagi bunga-bunga serta kupu-kupu berterbangan di sekitar Aldo, yang ada hanya kini bajunya setengah basah dan tas yang sebelumnya dipakai untuk menutupi kepala Lathi kini basah sepenuhnya..

Ketika sampai di koridor, orang-orang yang melihat kedekatan Aldo dan Lathi sontak menyurakinya dengan sarat iri. 

"Cinta bersemi ketika hujan nih ceritanya!" 

"Acikiwirrrrr, so sweet banget sih cowoknya!" 

"Baru kali ini liat Lathi deket sama cowok!"

Dery pun turut melihat kedua dengan senyuman jahil. "Ada apaan, nih? Cinlok ceritanya?" 

Mendengar perkataan-perkataan itu, Lathi sontak mendorong tubuh Aldo untuk menjauh darinya. Ia berjalan menuju orang-orang lain yang telah duduk berkumpul tanpa melihat Aldo lagi. 

Aldo tersenyum segaris. 

"Sabar, bro," kata Dery yang melihat kebaikan Aldo sebelumnya. "Lathi emang gitu anaknya. Kayak es batu. Udah dingin, hatinya juga keras. Nggak mudah buat luluh atau melting kayak cewek-cewek biasa." 

"Iya," balas Aldo tak senang. Ia turut duduk yang posisinya tak jauh dari Lathi untuk mengeringkan tasnya yang sedikit kemasukan air. Dery turut duduk di sebelah Aldo. 

Lathi mengambil tas yang berada di tumpukan tas-tas milik orang lain. Saat Lathi membukanya, ponselnya berdering keras hingga membuat beberapa perhatian tertarik padanya. Ada telepon dari Papi. Lathi langsung mengangkatnya. 

"Iya, Pi?" 

"Kamu di mana? Papi udah di depan dari tadi." Papi-nya memang selalu menjemputnya setiap pulang sekolah. Tentunya untuk memastikan Lathi tidak pergi ke mana-mana setelah selesai sekolah.

"Baru beres ini," balas Lathi panik. Takut Papi mengetahui dirinya ikut ekskul volly karena sejak awal, Lathi tidak diperkenankan ikut ekskul apapun selain vocal group. "Tunggu bentar, Pi. Aku bakal ke sana." 

Lathi cepat-cepat mematikan ponselnya dan bangkit berdiri. Beberapa anak melihatnya dengan wajah kebingungan. "Semuanya, gue duluan, ya." Lathi menoleh pada Dery. "Der, gue pulang duluan, ya." 

"Masih hujan lho, La," balas Dery khawatir. "Gede banget, lagi." 

"Nggak apa-apa, Papi gue udah jemput soalnya," tukas Lathi cepat. "Duluan!" 

Melihat Lathi yang berlari menjauh, Aldo langsung berdiri. Ia menepuk pundak Dery dan mengatakan bahwa ia juga akan pulang. Dery mengangguk, sudah paham dengan tingkah laku Aldo bahkan sebelum anak itu menjelaskannya. 

Langkah Aldo yang cepat membuatnya berada satu langkah di belakang Lathi. Suara hujan deras membuat suara langkah kaki Aldo tersamarkan, jadi ia tak takut untuk ketahuan Lathi saat mengikuti langkah perempuan itu. 

Ketika tiba di ruang musik, yang mana merupakan bangunan terakhir yang dilewati menuju perkiraan, Lathi memutar badannya setelah berhenti melangkah. Gerakan yang tiba-tiba itu membuat Aldo luar biasa terkejut, tapi untungnya ia bisa menghentikan langkahnya tepat lima sentimeter dari Lathi. 

Jantung Aldo bergedup lebih kencang dari biasanya, kemudian ia mengerjapkan matanya untuk setelahnya mundur satu langkah dengan wajah ketakutan. Aldo mengangkatnya tangannya, seperti pencuri yang tertangkap polisi di TKP. "Gue nggak ngikutin lo. Gue emang mau pulang."

"Makasih." Lathi merasa berhutang karena berkat tas Aksesoris tadi, kepalanya tak basah. Kepala Aldo yang basah sebagai gantinya. 

Huatchihhhhhh! Lathi tiba-tiba bersin ke arah samping setelah menyelesaikan perkataannya.

Aldo mengangkat kedua alisnya, kebingungan. "Eh, apa?" 

"Jangan pura-pura nggak denger," tukas Lathi dingin. 

Sebelum Aldo sadar akan segalanya, Lathi sudah berlari menerobos hujan dengan tas diposisikan dibatas kepalanya karena dia tak punya payung. Lathi berlari menuju sebuah mobil yang sebelumnya membuat Aldo menyadari posisinya berada jauh di bawah Lathi. 

Apalagi sekarang sudah jelas. Lathi adalah kembaran Lito yang berarti perempuan itu juga adalah anggota keluarga Efrad.

***

Lihat selengkapnya