Our Lie

Dini Salim
Chapter #8

8. Yang Terjatuh

Ini bukan kelas akting namanya. 

Ini kelas privat akting. 

Lathi mengenal siapa Tante Imel. Perempuan itu merupakan cinta pertama semua laki-laki di masanya. Jika sekarang Damar yang menguasai film dengan bakat emasnya di usia muda, Tante Imel juga pernah menjadi seperti Damar di zamannya. Aktingnya luar biasa bagus. Semua peran pernah dimainkan Tante Imel dan hasilnya luar biasa bagus. 

Lathi sudah melihat semua film di mana Tante Imel berada di dalamnya karena Tante Imel merupakan teman dekat Mami. Siapa sangka satu orang bisa memerankan orang kaya, orang miskin, mata-mata, polisi, pembunuh bahkan seorang ibu yang banyak menarik haru orang-orang yang melihatnya. Lathi juga terbawa emosi setiap kali melihat film yang dibintangi Tante Imel.

Sekarang, ia tak percaya dijadikan murid spesial oleh Tante Imel. Gedung tempat kelas akting diadakan ini memang milik Tante Imel, perempuan yang sebaya dengan Mami-nya itu juga punya guru akting yang profesional. Namun, Lathi tak habis pikir bahwa ia akan diajarkan langsung oleh Tante Imel sendiri. 

Awalnya, Lathi kira ia akan diajar oleh guru akting pada umumnya dengan beberapa anak yang juga tengah menuntut ilmu yang sama. Ternyata, kini hanya ada dirinya dan Tante Imel di sebuah rumah penuh cermin yang memantulkan segala hal tentang dirinya. 

Mami sudah duluan pulang dan akan menjemput saat Lathi memintanya.

"Jadi, kamu mau tunjukkin apa? Kata Mami kamu, kamu udah persiapkan sesuatu," kata Tante Imel, memulai kelas akting spesialnya. 

Lathi jadi luar biasa gugup. Sebelumnya, ia tak pernah berakting. Wajahnya selalu datar dan kadang menyeramkan kalau kata Lito. Jadi, Lathi mengambil sebuah peran penjahat yang telah tertangkap polisi, diinterogasi, tapi masih mempertahankan gagasan bahwa ia tak salah apapun. 

Lathi berdeham sebelum menunjukkan kebolehannya. Lathi memejamkan matanya sesaat untuk setelahnya menatap tajam pada Tante Imel. 

"Aku sama sekali tidak membunuhnya," kata Lathi dingin. Ada seringai kecil yang membuatnya wajahnya benar-benar seperti seorang psikopat ulung. "Kalau aku membunuhnya, aku tidak akan berada di sini. Aku pasti sudah menyeburkan diri ke laut karena merasa bersalah sudah membunuh seseorang." 

Tante Imel menyunggingkan sebuah senyum kecil saat melihat Lathi benar-benar larut dalam perannya. Tante Imel bisa merasakan keseriusan Lathi dalam berakting..

"Nyawa seseorang itu berharga," lanjut Lathi datar. Ia memainkan jari-jari, kemudian membuat mereka saling menggenggam untuk setelahnya mendekat pada Tante Imel lebih dekat, "mana mungkin aku membunuhnya. Aku orang baik, tapi aku tak tahan jika diperlakukan tidak adil. Kamu harus hati-hati. Menuduh orang itu dosa. Maka, kamu akan mendapatkan hukuman." 

Di film yang Lathi tiru, polisi yang menjadi lawan bicaranya akan menjerit ketakutan dan melarikan diri, tapi tidak dengan Tante Imel. Perempuan itu justru tersenyum kecil dan mempertahankan ketenangannya. 

Lathi jadi gugup. Takut-takut aktingnya jelek. Kemudian, Lathi mundur dan berdeham lagi untuk setelahnya tersenyum kikuk.

"Udah?" tanya Tante Imel. 

Lihat selengkapnya