Saat pelajaran kimia, mendadak kepala Lathi sakit. Mulutnya pun terus memaksanya untuk mengeluarkan sesuatu agar rasa sebal hilang. Lathi menutup mulutnya, menahan diri berkali-kali supaya dapat mengikuti kuis yang berpengaruh banyak atas nilai akhirnya.
Hal itu tak diketahui April maupun Mega karena dua temannya itu tampaknya masih marah atas kelakukan Lathi kemarin. April dan Mega adalah tipe orang yang tidak mau mengalah jika merasa dirinya benar—meski di mana Lathi salah—dan harus Lathi yang meminta maaf supaya hubungan mereka kembali baik.
Namun, Lathi tak merasa dirinya bersalah sama sekali. Jadi, ia tidak melakukan apapun pada April dan Mega. Lathi bisa melakukan apapun sendirian, ia tak manja ataupun bersedih saya tak punya teman. Justru Lathi senang karena ia bisa berjalan sendirian dengan percaya diri.
Tak semua orang bisa begitu.
Saat pelajaran kimia selesai, Lathi buru-buru pergi ke toilet untuk membuang seluruh rasa sebalnya yang ia tahan sekuat tenaga tadi. Meski tak ditekan untuk punya nilai bagus seperti Lito, Lathi juga ingin punya nilai akademik yang bagus. Lathi tak mengeluarkan apa-apa saat di toilet, tapi kepalanya pusing sekali.
Apa ia salah makan? Lathi berpikir dalam hati. Setahunya, ia tidak telat makan dan memutar-mutar badan untuk merasa pusing.
Lalu, kenapa sekarang ia merasa sangat pusing?
Saat keluar dari toilet, semua yang dilihat mata Lathi tampak bergoyang-goyang dan berlipat-lipat jumlahnya. Dunia Lathi seperti diputar-putar dan ketika ia melihat ke tembok untuk menjadikannya tumpuan, ternyata tangannya tak sampai.
"Aduh, hati-hati dong!" seru seseorang yang jika saja tidak menangkap tubuh Lathi, maka Lathi akan jatuh menyentuh lantai yang dingin. "Lo kenapa? Kok pucat banget? Ayo, ke UKS!"
Lathi tak bisa menjawab apa-apa karena mendadak semuanya terlihat kuning untuk setelahnya gelap total.
Yang Lathi ingat seperti kesadaran direnggut darinya adalah wajah khawatir Aldo. Dan entah dari mana laki-laki itu muncul.
***
Lathi melihat ruangan putih, tirai tipis berwarna senada, seorang laki-laki, mendengar suara detak jam, dan merasa agak pening saat matanya pertama kali terbuka dan kesadarannya kembali. Kening Lathi mengernyit dan memejamkan matanya kembali saat merasa tak enak. Kepalanya terasa berat saat diangkat, jadi ia dibantu seseorang untuk terduduk.
"Kata dokter, lo bergadang semalem," jelas Aldo dengan suara pelan, terdengar sangat perhatian. "Lo terlalu banyak berdiri, sarapan telat dan—"
"Intinya, gue masuk angin," potong Lathi sudah paham duluan. Setiap kali ia bergadang, hal ini memang sering terjadi. Lathi lupa pada fakta itu. "Makasih."
"Lo ngapain bergadang?" tanya Aldo seraya membantu Lathi untuk berdiri dan berjalan. Kata dokter, Lathi boleh kembali beraktifitas karena sudah diberi obat.