Our Lie

Dini Salim
Chapter #16

16. Dua Remaja Bodoh

"Sebenarnya itu jaket siapa, sih? Kok kayak jaket cowok?" Tan Papi saat Lathi masuk ke dalam mobil untuk diantar pulang. "Kemarin juga kamu pake itu." 

"Punya temen, Pi," balas Lathi lelah. Evaluasi harian yang berurutan hari ini sudah menguras otaknya, belum lagi pengakuan Aldo yang ternyata benar, membuat Lathi sangat lelah. 

Papi mulai menjalankan mobilnya keluar area sekolah. "Bukan punya pacar, kan?" 

"Bukan, Pi." Lathi membuang napas kecil sambil memejamkan matanya, ia ingin tidur saja daripada mengobrol panjang dengan Papi.  

"Awas ya kalau punya pacar," balas Papi serius. "Harus langsung diputusin atau Papi yang bakal bertindak. Anak-anak Papi nggak boleh ada yang pacaran. Fokus sekolah sama belajar aja. Oke?" 

"Iya, Pi. Oke." 

***

Lagi-lagi, malam ini, setelah makan malam selesai dilakukan, Lito masuk ke dalam kamar Lathi saat perempuan itu sedang membaca naskah film pertamanya. Lito menutup kamar Lathi dengan hati-hati, menguncinya dan mendekatkan diri pada Lathi dengan tatapan bersemangat. 

"Gimana, nih? Udah ditembak belum sama Aldo?" tanya Lito dengan nada pelan, takut Papi dan Mami mendengarnya dan akan menjadi sebuah bencana. 

Lathi mendelik. "Ditembak gimana, sih?" 

"Lah? Nggak ditembak tadi?" Lito tampak kecewa. "Padahal udah gue kosongin kolam renang buat dia nembak lo." 

Di sekolah tadi, Lito dan Dery memang bekerjasama untuk memblokir pintu masuk kolam renang sampai Aldo atau Lathi keluar dari sana. Lito punya firasat Aldo akan menembak Lathi, tapi ternyata tidak. 

"Jadi, lo bantuin Aldo?" 

"Iya." 

"Kenapa?" 

Lito kebingungan untuk menjawab. Tak mungkin ia begini karena penasaran bagaimana reaksi Papi dan Mami, yang ada ia babak belur oleh Lathi duluan.

"To," tegur Lathi mulai merasa kesal.

"Ya, karena kalian saling suka! Udah seharusnya bersatu!" seru Lito setelah berpikir lama, menjawab asal-asalan.

"Sejak kapan gue suka sama Aldo?" tanya Lathi tak terima. 

"Sejak lo tidur bareng tempat makannya Aldo," balas Lito dengan senyuman penuh arti. "Gue suka liat lo liat tempat makan itu kayak penuh bunga-bunga, penuh cinta-cinta gitu. Tapi pas liat Aldo, lo pura-pura biasa aja. Lo malu-malu, tapi mau." 

Lihat selengkapnya