Our Lie

Dini Salim
Chapter #19

19. Kebohongan Pertama

"Coba pas kamu bilang 'lepasin!' itu pake kerutan dikening, terus agak diteriakkin kata-katanya. Coba," saran Tante Imel saat Lathi menghadiri kelas aktingnya untuk berlatih sebuah adegan dalam film yang rencananya akan ia bintangi sebagai pasangan dari pemeran utama laki-lakinya.

Mulai hari ini, setiap pulang sekolah, Lathi harus mengunjungi gedung pelatih Tante Imel untuk mengasah kemampuan aktingnya. Lathi mencoba menjalaninya dengan sungguh-sungguh. 

Lathi menarik napas dengan hidung, kemudian mengeluarkannya pelan-pelan lewat mulut. Lathi memejamkan matanya, lalu mencoba menghayati perannya yang tengah dikerubungi oleh preman yang berencana mengambil harta kekayaannya. 

Salah satu preman itu memegang pergelangan tangan Lathi, kemudian mengancamnya. Lathi digambarkan sebagai sosok pemberani yang agak menyebalkan di sana. Jadi, ia memasang wajah tak takut, justru kelihatan menantang. 

Kemudian, preman lainnya mulai mendekat dan saat itu Lathi mulai merasa sangat terancam. Ia berusaha untuk lepas dari cekalan preman itu. "Lepasin!" 

Mendengar suara seruan keras dari Lathi degan ekspresi wajah yang luar biasa membuat Tante Imel bertepuk tangan dengan senyuman lebar. "Hebat! Bagus!" 

Lathi tersenyum senang. "Makasih, Tante." 

"Kamu tinggal hafalin adegan di kelas sama di rumah aja. Besok Tante mau liat hasil latihannya. Yang tadi udah perfect, bagus banget," tambah Tante Imel dengan senyuman bangga. 

"Makasih, Tante." Lathi bingung harus bilang apa selain itu. 

"Sekarang, kamu boleh pulang, La. Maaf Tante nggak bisa anterin, soalnya masih ada urusan di kantor." 

"Nggak apa-apa, Tante. Aku dijemput Papi, kok." 

"Ya udah, kalau gitu," tukas Tante Imel. "Tante pamit dulu, ya. Kamu hati-hati pulangnya." 

Lathi mengangguk, kemudian melambaikan tangannya pada kepergian Tante Imel. Sekarang, ia sendirian di ruangan yang dipenuhi cermin di setiap dindingnya itu. Lathi duduk, kemudian membuka ponselnya. 

Dengan senyuman senang, ia mengirim sebuah pesan pada pacarnya. 

Lathi: Lagi apa?

Papi belum menghubungi Lathi, jadi Lathi punya sedikit waktu untuk berbincang dengan Aldo. Meski di sekolah sudah puas bertemu karena ternyata Aldo belum karantina untuk olimpiade, Lathi masih merasa waktu kebersamaannya bersama Aldo sangat kurang. Belum lagi mereka harus pura-pura tak berpacaran di hadapan orang banyak.

Di waktu seperti inilah, Lathi mencari-cari kesenangannya. 

Aldo: Lagi belajar, nih. Lo sendiri? 

Lathi: Gue selesai kelas akting, nih. Di gedung Imelucas. Lo keluar bentar, deh, ke sini

Aldo: Bentar, ya. Siap-siap dulu 

Lathi tersenyum, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku rok sekolahnya. Selanjutnya, Lathi mengambil tas yang diletakkan di pojok ruangan dan keluar dari sana. Gedung milik Tante Imel dan suaminya ini terbilang besar dan padat. Namun, di sore hari, tak kelihatan begitu. Mungkin orang-orang yang telah bekerja dari pagi itu sudah pulang ke rumah masing-masing. 

Cahaya sore yang lembut dan indah menyambut Lathi saat ia berada di depan gedung Imelucas. Tak terlalu banyak mobil yang lalu lalang di jalanan besar di depannya, tapi cukup mengisi sepi sekitarnya. 

Kedai-kedai mulai menyalakan lampunya. Membuat sisi jalan terlihat indah. Ada banyak kedai berjejeran di sepanjang jalan ini, karenanya Lathi ingin berjalan-jalan bersama Aldo di sana. Sampai ponselnya berdering tepat saat Lathi melihat Aldo di seberang jalan. 

Rumah Aldo letaknya tak jauh dari gedung Imelucas, hal itu juga yang menjadi penyebab mengapa Lathi menemukan uangnya saat laki-laki itu tengah berlari. Lathi mengangkat tangannya pada Aldo, mengisyaratkan pada laki-laki itu supaya menahan langka di sana. 

Kemudian, saat Aldo mengerti dan berhenti melangkah untuk menyeberang, barulah Lathi mengangkat panggilan telepon dari Papi. 

"Halo, Pi?" 

"Udah selesai, kan, kelasnya?" 

"Hm." Lathi bingung harus berbohong atau tidak. Namun, saat mendengar suara klakson dan deru kendaraan di seberang telepon Papi, Lathi membulatkan keputusannya untuk jujur. "Udah, Pi. Ini aku di depan gedung." 

Lihat selengkapnya