Our Lie

Dini Salim
Chapter #25

25. Benih Kebohongan

"To, jujur sama gue." Lathi langsung menatap tajam Lito yang baru bangun setelah sebelumnya tak sadarkan diri pada tengah malam kemarin. 

Tahu-tahu, di tengah malam saat Lathi sibuk video call dengan Aldo, Lito menelponnya dan meminta Lathi untuk keluar hotel. Kemudian, Lathi dihadapkan pada Lito yang pingsan dengan wajah setengah tipsy yang diantarkan oleh seorang pria tak dikenal, ada sesuatu wanita tak dikenal juga di jok belakang mobil yang memberikan jaket Lito pada Lathi. 

"Jangan sampai ketahuan Papi Mami, ya. Dibiarin tidur aja. Tadi Lito minum dikit, tapi yang level ringan, kok. Besok juga baikkan." Yang pria menjelaskan sedikit tentang keadaan Lito. "Makasih udah mau datang. Malam." 

Setelahnya, mobil itu meninggalkan Lathi dengan Lito menyender di kakinya. Lathi menatap Lito dengan kesal waktu itu dan meminta security hotel untuk membantunya masuk ke kamar hotel. Beruntung Papi dan Mami beda kamar dengan Lathi dan Lito. Jadi, Lathi tak begitu khawatir akan ketahuan. 

Setahu Papi dan Mami, Litho sudah tidur sejak jam sepuluh karena Lathi berbohong dengan menyimpan guling di bawah selimut kasur tidur Lito. Lathi berusaha keras menyembunyikan fakta agar Papi dan Mami tidak khawatir karena sebelumnya Lito meminta agar Lathi berbohong untuknya yang sedang ada di klub. 

Sekarang baru jam enam pagi, Papi dan Mami belum berkunjung ke kamar mereka dan Lathi khawatir Lito akan kenapa-kenapa. Keningnya agak panas saat Lathi menyentuhkan punggung tangannya ke sana. 

"Lo ngapain ke klub, Litovio, ya ampun. Lo kurang main apa gimana? Kalau Papi Mami tau, bisa dicoret lo dari membership keluarga Efrad! Tadi malem juga siapa yang nganterin lo? Kayak preman pasar ikan pelabuhan aja. Ceweknya juga kayak ... macam tutul betina. Masih mending lo ke sini dengan selamat, kalau diculik terus diminta tebusan gimana, coba?"

Kepala Lito masih terasa sedikit pusing saat ia pertama kali membuka matanya. Apalagi saat Lathi langsung menghujaninya pertanyaan demi pertanyaan, kepalanya semakin pusing. "La, bisa ambilin gue air dulu?" 

Lathi memutar bola matanya dengan jengah. "Tapi, abis ini langsung cerita biar gue nggak merasa berdosa karena bohong sama Papi Mami tadi malem." 

"Iya, iya. Nanti gue cerita. Makasih karena ... udah berbohong demi gue." Lito mengerang. "Gila, pusing banget gue." 

"Sok mabok-mabokkan segala sih lo."

Setelah mengambil air minum dan memberikannya pada Lito yang lekas meminumnya, Lathi mendengarkan dengan seksama cerita Lito. Banyak hal yang membuat Lathi terkejut pada la belas menit berjalannya cerita itu. 

Kini, ceritanya telah habis dan yang ada hanya keheningan diantara dua kembar itu.

Lathi masih tak percaya bahwa pria yang kemarin ia lihat di mobil yang mengantarkan Lito adalah Farhan. Farhan adalah teman dekat Lito yang sangat Papi benci, yang sangat Papi tentang kehadirannya sebagai teman dekat Lito. Ternyata, Farhan masih mengenal Lito dan kemarin malam Lito berhubungan lagi dengannya.

Lathi sudah mendengar cerita Lito. Ia juga berjanji untuk merahasiakannya, tapi Lathi sama sekali tidak bisa mendukung.

Lihat selengkapnya