Our Lie

Dini Salim
Chapter #26

26. Memuncak

Padahal hanya berpisah dua Minggu, tapi rasanya seperti satu tahun. Itu yang dirasakan Aldo saat melihat Lathi kembali. Kini, keduanya berada di taman belakang sekolah. Dengan roti, makanan ringan dan minuman menyertai. Lathi harus pura-pura ke toilet untuk menghindar dari April dan Mega untuk bisa berduaan dengan Aldo dengan aman. 

"Tadi berenang?" tanya Lathi basa-basi. Ia baru sadar sedari tadi tak ada percakapan berarti seperti biasanya. Mungkin karena sudah lama tak bertemu, keduanya merasa agak canggung. 

"Nggak," balas Aldo dengan senyum kecil. "Tadi menyelam." 

Lathi langsung memberi pukulan kecil pada bahu Aldo. "Bisa aja. Nggak lucu." 

Aldo tertawa kecil. 

"Kenapa berenang? Padahal baru masuk sekolah." 

"Pengen aja. KBM juga belum jalan, jadi bosen aja mau ngapain. Mending berenang," balas Aldo seadanya. 

"Lo liburan ke mana?" tanya Lathi penasaran. 

Aldo tersenyum geli. "Di rumah aja gue. Belajar, bersihin rumah, makan, mandi tidur. Gitu aja terus. Dery main sama pacarnya, jagain Nenek-nya juga. Lito ... sama lo."

Lathi menipiskan bibirnya. Merasa agak bersalah setelah bertanya begitu.

"Gimana liburannya? Seru?" tanya Aldo kemudian.

"Oh, ini," kata Lathi seraya mengeluarkan ponselnya dari saku rok. Menampilkan sederet foto-foto yang ia ambil saat berada di pantai, di hotel, di rumah makan dan di jalanan malam. Fotonya beragam, ada yang bersama Lito, Papi, Mami dan berempat sekaligus. Lathi tersenyum lebar. "Seru, sih. Menghilangkan lelah selama satu semester ini. Keren pokoknya. Liburan sama keluarga itu selalu jadi yang terbaik." 

Aldo ikut tersenyum, melihat satu foto dengan perhatian lebih dari foto lain. Foto Lathi bersama ibunya. Aldo mengalihkan pandangannya ke arah Lathi, kemudian pada foto di ponsel Lathi. 

Lathi yang melihat tingkah Aldo itu jelas mengerutkan keningnya, tak paham. "Kenapa?" 

"Cantiknya turun," puji Aldo seraya memperbaiki kupluk di kepala Lathi. "Bidadari dua-duanya." 

"Lo harusnya liat Kakek Nenek gue," balas Lathi dengan sorot mata berapi-api. "Gue sendiri heran. Di umur segitu, mereka masih keliatan rupawan, lho." 

"Apa dulu keluarga lo ikut pesugihan?" 

Untuk kedua kalinya, Lathi memukul pundak Aldo. Tidak terasa sakit sebenarnya, tapi pukulan itu cukup membuat Aldo trauma. "Seneng banget pukul-pukul pacarnya ya, Mbak?" 

"Kok lo jadi nyebelin, sih?" tanya Lathi tak suka. Dengan wajah kesal, ia mengambil ponselnya dari tangan Aldo dan memasukkannya pada tempatnya sebelumnya. 

Aldo hanya tertawa atas pertanyaan Lathi, ia mengambil botol air mineralnya, kemudian meneguknya sekali. "Btw, Minggu depan gue bener-bener intensif buat olimpiade." 

Lihat selengkapnya