Januari, 2011
Hal yang paling menyenangkan dalam menjalani hidup adalah, mendapatkan dukungan dari orang terdekat. Umm, atau aku bisa mengatakan orang tersayang. Ya, aku mengakui, hatiku mulai tersentuh.
Meskipun belum sepenuhnya, tapi aku percaya. Lambat laun akan benar-benar sembuh dari luka lama. Sejauh ini dia selalu memperlakukanku dengan hati-hati. Dia menerima dengan sabar. Dia juga memahami apa yang ku rasakan.
Puncaknya adalah, dia dengan gagah berani mengatakan pada orang tuaku. "Kayana memang putri kalian, itu tidak akan berubah sampai kapanpun. Tapi sekarang dia juga istriku. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti hatinya."
Oh Tuhan...! Aku sangat beruntung bisa memilikinya sebagai pasangan. Dia sudah sangat baik padaku. Aku akan berusaha untuk tidak membuatnya kecewa. Ini hari pertama aku pergi ke tempat kursus. Agak jauh dari rumah, tapi ia tidak mempermasalahkan itu. Justru ia bersemangat untuk mengantarku. Padahal dia juga sibuk saat ini.
"Telepon aku jika sudah selesai."
"Siap, Pak! Aku pergi dulu." Aku sudah akan membuka pintu mobil. Namun dia menahanku. "Ada apa?"
Tanpa mengatakan sesuatu, ia mendaratkan sebuah kecupan lembut, dan agak lama. Aku menerimanya dengan sukarela. Kecupan pertama yang ku terima. "Semangat sayang."
Detik berikutnya aku tetap merasa malu. Hingga aku turun dengan segera, dan berlari ke arah pintu masuk. Rasanya seperti sedang ada pacuan kuda di dalam sana.
***
Hhhh, rasanya belum pernah seringan ini dalam menjalani kehidupan. Aku benar-benar seperti bunga dandelion yang tertiup angin. Lidahku tak berhenti bersenandung. Lompatan kecil juga menghiasi langkah-langkahku. Mungkin ini terkesan berlebihan, atau bahkan terlihat aneh.
Aku tak peduli. Yang jelas aku merasa sangat bahagia. Selama kelas berlangsung, aku juga tidak memikirkan apapun selain materi. Jadi, sebenarnya sudah lama aku menggemari dunia baking. Sayangnya itu dianggap buang-buang waktu. Ya, semua hal yang ku suka dianggap tidak berguna.
"Ekhem!"
Aku memutar badan dengan segera. Dan ku dapati lelaki jangkung, dengan lengkungan sudut bibir andalan. Yang selalu membuatku terkesima. "Aku baru ingin menelepon."
Ia menatapku dengan sedikit memicing. "Benarkah? Kelihatannya tidak begitu."
Apa dia sedang menyindirku? Atau jangan-jangan dia melihatku sejak tadi? "Kamu sudah lama di sini?"