"Ci Cici ... Ci Veroooo!!" sebuah suara manggil Vero dari belakang. Sebagai perwujudan warga negara yang baik sesuai bulir pilar kebangsaan serta menjaga kerukunan antar suku, ras, dan agama Vero putuskan untuk menoleh. Owh rupanya yang manggil ibu Surtinah tetangga Vero yang baik. Soalnya masih ada tetangga yang julidnya juga.
"Eh bu Tinah, saya kira orang mau minta tanda tangan sama foto bareng ... kalo cowok udah enggak bole soalnya" ujar Vero geguyon.
"Iiiih laaah ... kayak artis aja," jawab bu Tinah.
Emang Vero pernah ngartis kaleeeee bu, yeee ibu enggak gaul nih.
"Mau pinjem 100?" tanya Vero sekedar memastikan momen klasik ini aja.
"Yeeee enggak Ci, siapa juga," bantah bu Tinah.
"Ya kirain kan ya ..." Vero jawab singkat aja.
"Gini, besok tuh si Rafli ada harus bayar SPP. Sedangkan bapaknya kan belum gajian, masih lama, semingguan lagi. Kalo gajian juga biasanya cuma lewat karena harus bayar ini itu. Sama sekarang ada adiknya ibu yang numpang di rumah karena belum dapet kerjaan. Apalagi posisi kemarin kan ..." ucap bu Tinah berbicara panjang lebar.
"Stop! oke Vero enggak mau denger sejarah silsilah keluarga ibu, maksudnya gimana?" tanya Vero.
"Cici ada kerjaan enggak buat saya?" tanyanya.
Ya secara harfiah sih emang bukan utang, dan lebih berkah sih. Cuma intinya mirip, okelah Vero jabanin.
"Wah kerjaan apa ya? kalo jadi model iklan obat kuat mau enggak bu? Vero udah enggak boleh akting genit sama Ican," ujar Vero serius.
"Iiih si Cici mah, seriusan, kerjaan kayak nyuci, masak, bersih-bersih gitu," bu Tinah menjelaskan.
Lha dikira bercanda, orang bener ada yang DM ke nomor bisnis nawarin endorse obat kuat lelaki. Bayarannya juga lumayan dua rebu lima ratus cuma buat iklan sepanjang 20 detik.
"Kerjaan rumah sih udah beres semua, ini Vero lagi beli gula sama kental manis mau bikin Cafe' Latte ala Veronica buat sesi santai abis beberes," jawab Vero.
"Ayolah Ci, apa aja deh, dari pada besok dipanggil guru tapi enggak bawa uang. Kasian Rafli malu orang tuanya nunggak SPP," ucap bu Tinah memancing simpati.
"Hmm yaudah ke rumah aja dulu yuk, coba Vero liat barangkali ada yang bisa dikerjain," jawab Vero se solutif mungkin.
Bu Tinah ikut Vero ke rumah sambil sempet kesandung batu dia karena matanya pecicilan liat mamang jualan underwear lewat.
---
"Bu, Ibu bisa enggak ngomong nonstop selama minimal satu jam full?" tanya Vero.
Bu Tinah melongo bertanya-tanya maksud Vero apa.
"Gini, Vero ada job jualin daster batik sama baju-baju balita. Kalo job gini biasanya pas live Toktok nah itu satu jam harus ngomong terus bu, bisa enggak kira-kira?" tanya Vero.
"Bisa deh Ci ... cuma bilang ayo beli-ayo beli gitu kan?" tanya bu Tinah polos sekali.
"Ah ya boleh aja sih, intinya ngomong terus biar menarik pembeli. Soalnya fee kita dapetnya dari penjualan," jelas Vero biar bu Tinah makin cerdas.
"Ok mau Ci ... bayarannya berapa?" tanyanya.
Ini ibu darurat menyimak deh, kan Vero udah bilang ini dapetnya dari penjualan.
"Ya Vero kan tadi bilang harus bisa jual biar dapet uangnya. Jadi ya kalo ada yang kejual ya bisa cuan," Vero coba berjuang untuk jelasin lagi.
"Owh oke pokoknya ibu sih siap aja," jawab Bu Tinah simple.
Yaudah daripada berlama-lama di jalan terus dikira lagi bergossip sama malaikat Rokib dan Atid, mending Vero tunjukin langsung aja. Pas udah sampai rumah dan kita berdua stand by di ruang khusus tuk ngiklan, Veropun akting memberi contoh pada bu Tinah bagaimana melakukan penjualan live di Toktok dengan produk cream wajah yang emang Vero lagi dapet jobnya. Kira-kira 30 menit lah Vero praktek dan bu Tinah melihat dengan khusyuk hingga tuma'ninah. Uh yeah Vero udah makin hapal istilah-istilah Islami. Veropun mengakhiri jualan dengan close penjualan mencapai 379 item.