Vero sedang akan menjemput Ican yang dapat undangan mengisi materi di acara milad Yayasan Islam Nusantara. Meskipun bukan ustad resmi, tapi karena wawasan Ican soal keagamaan dan pendidikan cukup mumpuni makanya dia sering diminta ceramah.
Bruum bruum!! Vero kebut-kebut sedikit kalo di jalan raya. Bentar aja karena Vero enggak mau cilaka*, inget udah dikasih hidup yang penuh keberkahan masa mau cilaka. Apalagi ada baby di rahim Vero. Cuma tiga menit dengerin irama lagu 'Dynamite' sambil teriak 'wuuuuuuhuuu'. Ada kepuasan sendiri sih kalo gitu. Sekedar memuaskan hobi lama biar hati senang.
Dan dalam sekejap Vero sudah sampai di tempat acara. Vero parkir dipripitin sama mamang parkir yang muncul kayak ninja. Dia absen kalo-kalo Vero nanti keluar jangan lupa ada dia.
"Mang titip ya mobilnya," ucap Vero menyambut sapaan peluit si mamang.
"Siap Cici cantik, mamang jagain," jawabnya selayaknya laki-laki kurang kreatif yang ceritanya bermaksud sopan.
"Mamang hebat ya, mobilnya banyak tapi tetep humble karena tahu semuanya cuma titipan," ujarku bercanda sedikit lah.
"Wah iya dong, mamang istiqomah aja," jawabnya, haduuu enggak nyambung.
Sebelum Vero jadi pusing mending Vero cepet pergi ke tempatnya Ican.
Ican rupanya masih mengisi acara di panggung. Vero juga mau denger gimana sih pas Ican ngisi ceramah. Cowoknya Vero emang juara, materinya berbobot dan up to date sekaligus related sama kehidupan nyata tapi dibawakan ringan dan humoris jadi enggak bikin ngantuk. Buktinya Vero yang beda kolom agama aja cukup menikmati isi ceramahnya.
Ican juga lumayan komunikatif sama audiencenya, jadi ceramahnya kerasa dua arah. Makin cinta Vero sama suami Vero ini, Vero janji enggak bakal ngebut lagi kalo gitu, apalagi kalo udah ada baby dari dia di rahim Vero.
Dua orang ibu-ibu menyapa Vero, bertanya ramah sama Vero.
"Nyari siapa Ci? Apa mau ikut denger ceramah hehe," seorang ibu-ibu berkata sambil senyum-senyum.
"Iya jemput suami bu, sambil denger ceramah juga," jawab Vero begitu adanya.
"Owh sambil duduk sini Ci, capek kan berdiri aja. Emang suaminya Islam?" tanya si ibu tadi.
"Iya Islam bu," jawabku, sudah agak panas dingin agak khawatir.
"Maaf, tapi kalo Cicinya sih?" ya kan ... ibunya tanya.
"Saya Kristen bu, Protestan KTP," jawab Vero simple.
"Owh," jawab si ibu tidak mau kalah singkat.
Kami terdiam, kehabisan ide obrolan.
"Emang bisa ya? terus berhubungannya zina enggak ya? anaknya nanti gimana?" Seorang ibu-ibu yang duduk agak jauh berbisik pada temannya. Jelas sekali kalau Vero subjeknya.
Mereka bergossip cukup panjang sampai melebar ke hal-hal yang bahkan Vero aja enggak kepikiran. Vero nunduk agak sedih sih, tapi udah lebih kebal semenjak pertama diginiin. Vero liat dan denger Ican aja yang sekarang udah masuk sesi tanya jawab.
Tiba-tiba si ibu disebelah Vero mengelus pundak Vero.
"Jangan didengerin, yang tabah, jalani aja siapa tahu nanti diberi hidayah," si ibu tersenyum pada Vero.
Tanpa sadar setetes air mata menetes dari mata kanan Vero.
"Makasih bu," ucap Vero mengangguk sambil mengelap air mata tadi.
"Yak satu pertanyaan lagi karena ini sudah mau selesai ya jama'ah, silahkan yang masih mau bertanya," ujar si moderator.
Vero memberanikan diri mengangkat tangan. Ada sesuatu sih yang mau Vero tanyakan, atau lebih tepatnya mau tahu Ican bakal jawab apa.
"Okey silahkan Mba yang disana, tolong panitia MICnya. Sebut nama dan pertanyaannya," kembali moderator mengarahkan.
Ican tersenyum melihat Vero, mungkin tidak menyangka juga.
"Terima kasih, nama saya Veronica Wijaya, mau tanya nih Pak Ustadz. Boleh tidak sih menikah beda agama? Vero kan Protestan nih, tapi Vero mencintai seorang pria muslim, bisa tidak kami menikah?" tanyaku, oh cintaku, Vero mau tahu jawabannya.