Vero mudik.
Mudik bersama suami Vero tercinta.
Eum Ican sih yang mudik, sama Vero.
Sama Istri tercintanya katanya. Hehe ....
"Cintaku udah berapa lama enggak pulang kampung?" tanya Vero berkepo ria.
"Wah dua tahun lebih deh ... terakhir ke Semarang tuh waktu sebelum nikah kan," jawab Ican, pipinya nambah chubby jadi Vero cubit-cubitin.
"Kenapa cinta? Ican tambah gemuk ya ..." ujarnya, tuh sih ngerasa.
"Iya nih sering makan malem-malem sih, ngegymnya malah makin jarang huuuuuuww!!!" protes Vero pada Ican gembul.
"Bukan tahu cinta ... bukan karena makan malem-malem," jawab Ican, jurus kelit.
"Terus kenapa coba? enggak ngaku tuh," serang Vero lagi ciiiaaaat!!
"Ican tuh gemuk, soalnya susunya cocok dan berkualitas," jawab Ican.
"Dududuuuduuu ... nyasarinnya ke Vero ... bisa aja jawabnya," iihhh humor aja si cinta.
Ican tertawa, senang, karena susunya cocok atau karena hari ini akhirnya dia bisa mudik bawa istri, ya loroane gee bli papa*.
---
"Aranmu sopo tadi Ndok?" tanya mamahnya Ican.
"Veronica Wijaya Bu'ne," jawab Vero.
"Ketemu Wira dimana?" tanyanya lagi, yep sesi interogasi mamah mertua.
"Dikerjaan Bu'ne, ya bukan Vero satu kerjaan sama Ican sih. Tapi waktu Ican dapet job di kantor Vero," jawab Vero lagi sambil terus mijet mamah mertua.
"Ican ikuh Wira yoo? aran Islame si Mikhael? Ayu kamu Ndok ... koq iso kepincut sama Wira?" tanyanya, haha lucu pertanyaannya.
"Hehe Ican tuh ganteng koq Bu'ne," jawab Vero sambil pindah pijet-pijet pundak mamah mertua.
Ternyata mamahnya Ican baik banget dan supel. Vero udah dag dig dug waktu tinggal lima meter lagi sampe gerbang komplek perumahan, takut kalo-kalo disambut dengan tidak menyenangkan. Secara kan Ican sama Vero nikah cuma ngasih kabar aja sama keluarganya Ican dan yang dateng cuma bisa kakak tertuanya Ican mewakili alm. Bapak'ne Ican. Lho koq bahasa pikiran Vero juga jadi Jawaan.
"Looooh Wira ikuh mbeeeling** Ndok', dari kecil wis begitu. Ikih Ndok agak ke kanan sikit," ujar mamahnya Ican, sambil parkirin tangan Vero kemana harus pijet haha.
"Seneng yoo moso menantu baru dateng langsung diminta pijet," ujar Ican yang muncul dari luar habis beli lumpia basah permintaan mamah mertua.
"Loooh yoo harus to', emangnya kamu mbudal-mbudal ae ..." Jawab mamahnya Ican akrab banget mereka.
Vero senyum-senyum baru tahu kalo Ican beda karakter saat bersama orang tuanya. Sedikit lebih 'lepas' ya mungkin bawaan masa kecil juga. Tapi Vero seneng-senang aja sih,
"Kamu koq datengnya minggu pagi, yoo mas sama mbakmu lagi ibadat, balik lagi kapan Ndok?" tanya mamahnya Ican sambil menoleh pada Vero.
"Lusa bu'ne, Ican senin selasa cuti," jawab Vero sekarang udah duduk disamping pijet-pijet tangan.
"Sabtu Wira masih ngajar, pulang sore, malemnya ada panggilan ngisi acara malam takbiran di balaikota sampai jam 10," jelas Ican udah bawa semangkok lumpia lalu menyuapi ibunya, huhu sayang ibu rupanya cintanya Vero.
Mamah mertua angguk-angguk.
"Kamu wis meteng durung Ndok?" tanya mamah mertua.
"Udah dong Bu'ne, ngisi udah mau tujuh bulan, belum kelihatan ya?" tanya Vero, iya sih Vero pake gamis ekslusif dari Vior's collection jadi enggak kelihatan.