Our Promise

Mufara324
Chapter #2

Part 1. Mirage

Terlihat dua remaja sedang berbicara di bangku taman itu. Tepatnya sepasang remaja. Remaja laki-laki yang masih menggunakan seragam SMA padahal waktu sudah menunjukkan pembelajaran di sekolah sudah selesai. Dia sedang berdiri di depan bangku taman itu. Dengan seragam berwarna putih abu-abu yang tidak dimasukkan, memberikan kesan bahwa dia adalah anak badung. Berbeda dengan gadis remaja yang duduk di bangku taman itu. Dengan rambut agak pendek sekitar sepundak membuatnya terlihat seperti murid teladan. Menggunakan semua atribut sekolah. Dasi, dan ikat pinggang yang menghiasi seragam SMA nya. Pertanyaannya kenapa mereka berdua bersama di taman? Terlihat dari raut wajah mereka, bahwa yang dibicarakan bukan hal yang main-main. Si remaja laki-laki yang raut wajahnya panik memulai kecurigaan hal lain. Sementara Si gadis remaja terlihat ada raut kesedihan dan kekecewaan.

"Kamu, yakin bakal balik lagi?" Gadis remaja memulai pembicaraan dengan pertanyaan.

"Gue janji, gue bakal balik lagi. Lu tenang aja." Laki-laki tadi berusaha meyakinkan.

"Tapi." Dengan terbata-bata tiba-tiba raut wajah si gadis remaja itu mulai berubah.

Laki-laki tadi mencoba menenangkan si gadis remaja. Terlihat di bawah lembayung senja ini, akan ada sebuah janji yang terucap.

"Gue janji. I will keep my promise, lagian Lu percayakan sama Gue."

"Baiklah, Aku percaya denganmu, Arya Alfano Putra. Aku harap kamu bisa menjaga janjimu."

"Tentu saja, Gue pasti bisa Anaya Anemeli." Remaja laki-laki tadi-Arya Alfano Putra memegang kepala Si gadis remaja-Anaya Anemeli.

"Bye, jangan pulang terlalu malam yah." Kalimat yang terucap dari Arya menyudahi pembicaraan mereka.

Naya hanya bisa terdiam dan berharap bahwa dia benar-benar kembali lagi. Arya sendiri perlu pergi ke Jepang. Di sana ia haru melakukan operasi terhadap penyakitnya. Tidak lama setelah itu Naya pergi dari taman itu. Tempat-nya mengucap janji.

***

Terlihat sekumpulan orang sedang berkumpul di depan rumah itu. Rumah sederhana dengan segala kenangan orang di dalamnya. Rumah yang tak jauh dari sekolah SMAN Angkasa itu, tentu saja dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul 15.30 membuat rumah itu terlewati oleh beberapa siswa SMA. Langit yang mulai berubah menjadi jingga seakan membuat suasana rumah itu ada duka atau mungkin memang benar?

"Eh, lihat deh Nay itu bukannya rumahnya Arya?" Salah satu siswi SMA-sahabatnya Anaya yang bernama Luna penasaran.

"Iya Lun, memang benar itu rumahnya Arya. Terus kenapa?" Naya yang sempat tidak sadar apa yang terjadi, dikarenakan sedang membaca komik online di handphonenya.

"Nay, Lu gak takut ada apa-apa? Segitu banyak orang di luar rumahnya." Salah satu sahabatnya yang lain-Shei mulai panik.

"Memang ada apa sih?" Naya sudah selesai membaca komik itu. Ia terkejut dengan apa yang terlihat olehnya. Naya mencoba untuk tidak panik.

"Lun, Shei gimana kalau kita tanya aja."

"Ide bagus tuh." Kedua sahabatnya setuju dengan ajakan Naya.

Mereka bertiga menghampiri rumah itu.

"Maaf, pak ada apa ya? Kok kumpul di depan rumah ini." Jantung Naya mulai memompa lebih cepat dari biasanya.

"Oh, ini dek kasihan sekeluarga ini katanya kecelakaan. Rencananya mereka sekeluarga mau mengantarkan anaknya yang akan operasi di Jepang."

Angin senja mulai menghembus di setiap pinggir telinga orang-orang. Ada yang mungkin menikmatinya, ada juga yang meratapinya. Yang jelas sekarang Naya mencoba mencerna apa yang terjadi, tapi ini sulit baginya mencernanya dalam satu waktu. Semua itu membuatnya tak sadarkan diri.

***

Saatnya bangun dari semua masa lalu. Saatnya memulai hari baru. Pagi ini seperti biasa semua orang memulai aktivitasnya. Bersiap-siap

untuk bekerja, sekolah, atau mungkin hanya sekedar mengisi kekosongan di pagi hari. Begitupun dengan Naya ia harus bisa melupakan peristiwa itu. Peristiwa 1 tahun yang lalu. Hanya beberapa menit tidak sampai setengah jam, tapi berpengaruh selama 1 tahun. Sekarang adalah hari pertama Naya masuk sekolah sebagai siswa kelas XII di SMAN Angkasa.

Ia segera masuk ke kamar mandi. Setelah agak lama akhirnya ia telah menyelesaikan semuanya. Mandi, pakai seragam, dan sarapan. Sebelum Naya berangkat ke sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sekitar ±750 m, ibunya memanggilnya.

"Ana, kamu baik-baik yah di sekolah. Ibu tahu kita sekarang cuma berdua, tapi.." Belum selesai ibunya berbicara tiba-tiba Naya menjawab.

Lihat selengkapnya