Our Summer

Erlang Kesuma
Chapter #1

Arasya dan Jingga

“Terimakasih ya Arasya, ini bayaran kamu malam ini.”

“Sama-sama Pak. Harusnya saya yang berterimakasih karena Pak Hendra telah memperbolehkan saya tampil di restoran bapak. Pak Hendra sangatlah baik.”

“Ah, kamu bisa saja. Tapi-“

“Kenapa pak?”

“Saya hanya penasaran, mengapa kamu yang masih terbilang muda ini, sampai harus bekerja sebagai penyanyi kafe. Apa orang tuamu tidak membiayaimu?”

“M-mereka…”

ARASYA!

Panggilan itu membuat lelaki muda bermata coklat itu kembali dari lamunannya. Dengan segera ia melihat keadaan sekitar dari dalam mobil. Ternyata mereka berdua telah sampai di depan mansion keluarga Narendra.

“Lo lamunin apa sih dari tadi Sya?”

“Gak ada.”

“Yakin lo?”

Memang dia semenjak dulu tak pernah berubah. Lelaki itu masih sama dan Arasya rasa ia tidak akan berubah. Selalu overprotektif padanya, semenjak dulu.

“Gue gak kenapa napa, Rey.”

Reyhan Deandra Emanuel. Merupakan sahabat kecil dari pemuda tersebut. Sejak Tk mereka sudah saling mengenal dan bersahabat dengan karib. Reyhan selalu membagi setiap bekal yang ia bawa saat itu, begitu pula Arasya. Hari-hari yang mereka telah lewati merupakan memory yang akan sangat sulit Arasya lupakan.

“Harusnya kalau ban sepeda lo bocor kayak tadi sore, lo itu telpon gue. Gue pasti jemput elo kok!”

Arasya meraih pundak Reyhan dan mengusapnya. “Iya bawel! Lama-lama gue ngerasa lo itu terlalu posesif sama gue.”

Mendengar itu, Reyhan menampilkan wajah datarnya. Seperti biasa, setelah hari itu Arasya akan selalu mencoba menolak kebaikannya. Padahal semua yang ia lakukan untuk sahabat yang telah ia anggap seperti sodara merupakan bentuk dari rasa sayangnya. Arasya kemudian melepaskan seatbelt yang ia gunakan dan segera turun dari mobil tersebut.

“Makasih Rey atas tumpangannya.”

“Iya, inget lo harus langsung tidur habis ini!”

“Bisa diatur.”

Mobil tersebut kemudian keluar dari pekarangan Mansion. Pintu gerbangnya pun kini telah tertutup kembali. Orang yang melakukan itu kini melepas topinya, lalu menaruh benda tersebut di depan dada sambil tersenyum kepada Arasya yang langsung dibalas olehnya. Arasya mulai melangkahkan kakinya.

Suasana Mansion terasa begitu sepi, sepertinya semua orang telah tertidur dan itu baik bagi Arasya. Setidaknya hari ini, ia tidak perlu mendengar ocehan yang bisa membuat dadanya terasa sesak. Namun saat telah sampai di pertengahan tangga menuju lantai 2, langkahnya terhenti.

“Darimana aja kamu? Sadar sekarang jam berapa?”

“Bikin tugas di sekolah,” jawab Arasya tanpa berbalik.

Lihat selengkapnya