“Terkadang dirimu menangis bukan karena kehilangan, melainkan dirimu sedang merasa takut dengan hari-hari yang akan terlewat tanpa sosok yang telah pergi tersebut.”
***
Café Kenangan merupakan tempat kenangan berkumpul. Seperti biasa, Café tersebut selalu ramai oleh para manula yang membawa kenangan mereka masaing-masing. Namun hari ini suasananya sedikit berbeda, dimana ada beberapa anak muda yang datang. Mereka duduk diantara para manula tersebut dengan satu tujuan. Menyemangati temannya.
“Semangat Sya!” teriak Arman dari luar stage.
Arasya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Lelaki itu telah semenjak tadi naik ke panggung. Ia menggunakan bawahan celana kain hitam, atasan kemeja putih lengan panjang serta dasi kupu-kupu hitam. Tak lupa sepatu pantofel hitam hasil meminjam dari orang keamanan mansion Narendra.
Jujur ia sedikit gugup sekarang, apalagi ia tidak akan menduga jika audiensnya kali ini seumuran dengan kakeknya. Namun ia akan mencoba tampil dengan baik. Apalagi para Opa dan Oma itu tersenyum melihatnya saat membenarkan stand mic yang disediakan. Ia akan berusaha.
Setelah dirasa siap, lelaki itu kemudian mengetuk mic untuk mendapat perhatian.
“Selamat Malam, Opa dan Oma sekalian,” ucapnya sopan.
“Pertama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kehadirannya di Café Kenangan. Saya berharap kalian bisa enjoy menikmati persembahan dari kami.”
Arasya memang sedang tak sendiri sekarang. Ia mengajak beberapa orang yang ia kenal terbiasa mengisi acara live music bersamanya. Karena kali ini lagu yang ia bawakan jauh berbeda dari lagu-lagu sebelumnya yang ia bisa bawakan sendiri. Karena lagu ini adalah sebuah lagu lama.
Music pun mulai dimainkan. Suara tepuk tangan mulai terdengar menyambut.
“Terang bulan, manis… Indahnya,”
“Terbayang bayang cantiknya raut wajahmu,”
Beberapa penonton mulai berdiri dari tempatnya. Arasya sedikit terseyum, sepertinya lagu ini bisa mereka terima.
“Hati ini, manis… Berdebar,”
“Membayangkan kau dan aku Bermesraan,”
“Janji nonton berdua,”
“Papi mami kau ajak,”
Penonton mulai menimpali Arasya bernyanyi. Reyhan dan Melody yang memegang smartphone Arasya juga ikut bernyanyi dari tempat duduknya. Arman yang tak tau dengan lagu ini, malah menggoyangkan tubuh Doni yang tengah duduk disampingnya. Doni tengah bertepuk tangan mengikuti irama lagu.
“Don, ini lagu apa? kok gue gak tau ya,” ujarnya tepat di telinga Doni agar terdengar.
Doni kemudian menoleh dan menggeleng. “Gak tau gue, yang jelas Umi sering puter dirumah. Jadi gue hapal.”