Our Summer

Erlang Kesuma
Chapter #8

Resahnya Paman

“Apakah ada yang bisa mengajariku cara menyampaikan kesedihan tanpa harus merasa sakit?”

Arman Pov

“Arasya, lo kenapa?”

“Ngapain lo duduk di lantai? Terus baju lo kok bisa basah sih?” tanyaku heran.

Pagi ini, aku di kejutkan oleh Arasya yang ada di depan kosan ku. Cowok itu duduk di lantai depan pintu kos saat aku mendapatinya ada di sini. Sekarang masih jam 5.30 pagi, aku berniat untuk pergi Jogging ke taman, namun aku urungkan niat itu ketika melihatnya. Cowok yang menyandang status sebagai sahabatku itu, mulai melihatku. Ia berdiri dari posisi duduknya, yang awalnya memegangi lutut.

Bajunya yang basah memang lah aneh dalam pandanganku. Memang kemarin malam itu hujan, tapi dua jam yang lalu hujan telah berhenti. Lalu ia basah karena apa? Tidak itu saja yang aneh. Matanya juga membuatku penuh tanya sekarang. Mata yang bersenyembunyi dibalik kacamata itu terlihat sembab dan merah. Ia menangis? Itulah yang terpikir pertama di kepalaku, namun aku tidak menanyainya lebih lanjut mengenai hal ini karena Arasya menjawab pertanyaan ku tentang bajunya.

“Gara-gara mobil sialan itu, gue jadi kesiram genangan deket perempatan ono tuh!” jelasnya padaku.

Memang di dekat perempatan daerah ini terdapat genangan yang cukup besar dan jika ada kendaraan yang melaju kencang melintasi genangan itu, maka orang yang berada di sisi lain jalan akan terkena cipratan.

“Muka lo kusut amat, kayak pengemis baru diusir.” Candaku padanya.

Aku dan dia memang biasa bercanda. Diantara kami berempat, hanya aku dan Arasya yang membuat tongkrongan kami penuh suara. Setahu Arasya bukan orang yang baperan. Ia mengerti kalau apa yang sering kukatan adalah candaan. Terkadang ia lah yang mengjekku duluan saat bertemu.

Namun entah mengapa hari ini aku rasa ada yang sedikit berbeda. Karena sorot matanya berubah setelah aku mengatakan hal itu. Dia menatapku datar sambil membenarkan kacamatanya. “Iya gue pengemis,” jawabnya singkat.

Dia marah? Itulah yang aku pikirkan, sampai akhirnya  pikiran itu sirna. Arasya tersenyum dan melanjutkan ucapannya. “Pengemis cintanya Jingga,” lanjutnya sambil tercengir kuda.

Aku tertawa mendengar itu, sampai pada akhirnya tawa ku berhenti seketika. Dia tiba-tiba ambruk kesamping membuat diriku terkejut. Aku pikir ia bercanda akan kondisinya. Karena ia memang sering bercanda denganku. Aku sempet tertawa melihatnya jatuh dan mengejeknya.

“Lawakan lo jelek Sya.”

Aku mengatakan itu sambil tertawa. Namun aku mulai merasa cemas lagi sekarang. Karena ia tidak meresponku. Aku segera berjongkong dan menggoyangkan tubuhnya. Ternyata ini sungguhan. Dengan segera aku mengangkatnya dan membawanya masuk kedalam kosan ku.

Dengan panik aku segera mencari Hpku di nakas. Namun benda itu menghilang. Pandanganku mengedar cepat, mencari keberadaannya. Ternyata benda itu terjatuh diantara celah tempat tidur dan nakas, aku langsung mengambilnya. Dalam pikirankan ku hanya satu orang yang bisa di telpon saat ini. Panggilan ku telah tersambung namun belum dijawab.

“Angkat!”

“Ayo angkat!”

Akhirnya panggilan itu diangkat oleh orang disebrang.

“Rey, gawat rey! Gawat!” kata ku panik.

“Ini masih pagi monyet! Gue… huahemmm… masih ngantuk bego. Padahal gue lagi mimpi Shani Jkt-48 nerima lamaran gu-”

Aku berdecak kesal. “Woi Buaya Amazon! Stop ngelanturnya, ini Arasya pingsan di kosan gue goblok!” teriakku padanya.

“Pingsan? Kok bisa? Lu sedot darah Arasya ya?”

“Gue bukan Vampir njirr! Ini gak bercanda!”

“Hah? Serius? Kok bisa sih?” tanyanya dengan nada tidak percaya.

“Makanya lo cepet kesini, ke kosan gue! Emosi gue lama-lama ama lo!”

Aku memutus sepihak panggilan itu. Aku mengacak isi laci nakasku. Akhirnya aku melihat sebuah minyak kayu putih, dan segera membukanya. Niatku ingin membuat Arasya cepat tersadar, namun tidak berhasil. Aku bingung. Aku kemudian berlari keluar dan meminta bantuan pada anak kos yang lain.

POV End

“Teman saya gak apa-apa Dok?”

Reyhan bertanya pada Dokter Angga yang merupakan dokter keluarganya. Setelah mendengar Arasya pingsan, ia langsung menelponya agar pergi ke kosan Arman.

Lihat selengkapnya