Living Dead youth

Riska Irmayadi
Chapter #2

Harapan orang mati

Ixaya memandangi layar handphonenya, hari ini adalah hari kedua ia meninggalkan rumah.

Gadis itu sudah berkali-kali menolak panggilan telepon dari kedua orang tuanya.

Rasanya lebih baik seperti ini, ketika mereka berada di tempat yang berjarak, orang tuanya akan merindukannya, ketika dia berada di rumah dia merasa lebih buruk dari tumpukan sampah. Selalu saja dibandingkan, selalu saja salah, dia merasa lelah dengan segalanya, bahkan orang-orang yang harusnya mengerti dirinya tidak mengerti. Mereka melukai lebih dari siapapun.

Gadis itu merasa setiap harinya membuatnya menjadi sedikit demi sedikit berbeda dengan yang orang-orang yang ada di sekitarnya hingga akhirnya mereka menjadi orang-orang yang tidak ia rindukan lagi, menjadi orang-orang yang bukan lagi menjadi tempat untuknya pulang.

Perasaan adalah hal yang berat,jika saja dia tak memilikinya, mungkin tak akan seberat ini,mungkin juga tak akan sesesak ini. Ixaya juga ingin menjadi seseorang hebat tapi tidak semua yang diinginkannya menjadi menjadi kenyataan.

Dia akan menjadi apa? Apa yang ia inginkan? Apa yang benar-benar ia butuhkan? Dia tidak tahu. Semuanya menjadi kabur, dia dulunya punya banyak mimpi bersamanya, sekarang tidak ada yang tersisa.

Mimpi menjadi kabur seperti pembandangan yang menghilang di dapannya, tidak ada cukup cahaya, apa yang dilihatnya beberapa menit yang lalu menghilang seperti mereka tidak pernah ada di sana sebelumnya, sementara angin malam menemuinya, memeluknya dalam dingin yang ia miliki.

🌼🌼🌼

"Ahhh !" Zory berteriak furustasi, sebelah kakinya memasuki genangan air berlumpur kerena hujan tadi. Dia telah menyusuri jalan itu setelah beberapa saat. Tak ada kendaraan yang lewat, orang-orang mungkin memilih untuk meringkuk di bawah selimut mereka saat ini dari pada keluar rumah untuk sekedar berjalan-jalan.

"Hmmmm, Mau kemana?" suara berat muncul dari kegelapan. Suara langkah kaki semakin mendekat ke arahnya, bersamaan dengan itu seorang lelaki berumur 40-an akhir muncul dari arah suara itu.

 "Kau mau apa? Uang? Lupakan saja aku tak punya!" Zory setengah berteriak pada pria tua itu. 

 Pria tua itu hanya tersenyum dengan senyuman paling menjijikan yang pernah dilihat oleh wanita itu, dia sudah sering melihat senyum yang menjijikan tapi kali ini senyumannya memiliki tingkat menjijikannya lebih tinggi. 

"Ini malam yang dingin bukan? Butuh penghangat?" ujar pria itu masih dengan senyum menjijikan miliknya.

Lihat selengkapnya