Manusia itu tibatiba duduk di hadapanku dengan semangkuk bakso yang baru saja dibelinya. Duduk dan tersenyum jahil kepadaku. “Ngapain lu duduk di sini?” tanyaku langsung.
“Soalnya kosong.” Jawabnya singkat
Aku terdiam kembali dan lebih memilih untuk berkonsentrasi pada makananku sendiri. Dalam diam aku tidak berani mendongakkan kepalaku pada Gilang yang tepat berada di hadapanku. Aku tidak ingin memulai pembicaraan apapun dengannya.
“Zi, lo nggak bosen sendirian mulu?”
Deg! Pertanyaan macam itu. Pertanyaan yang sejatinya banyak orang tidak berani menanyakannya secara blak-blakan kepadaku. Aku tahu mereka akan segan bila bertanya seperti itu, tapi ini? Gilang secara terang-terangan, secara langsung, bertanya kepadaku. “Kata siapa gue sendirian?”
“Kata gue barusan. Habisnya di kelas selalu duduk di belakang sendirian. Padahal kan cewek biasanya duduk di depan gitu. Terus kalau di kantin juga sendiri, jalan kemana-mana sendiri. Jadi lo nggak bosen?” Aku tak menjawab hanya menggeleng pelan. “Ya gue sih nggak masalah kalo lo duduk di belakang jadi gue bisa punya temen gitu.”
“Diva biasanya kan juga duduk bareng lo.”
Gilang terkekeh, “Diva mah beda. Bodo amat dia duduk di mana juga, di mana-mana pasti ada temen kalo dia. Kalo lagi nggak ada temen aja baru ke gue.”
Aku mengulum senyum kecil, “Emang kalian udah kenal lama ya?” Tanyaku lirih mulai ingin tahu tentang Diva dan Gilang.
“Udah lumayan lama sih. Sejak SMP kayaknya, cuma Diva sekarang agak beda aja. Kepo banget sih lo? Beneran kan sendirian itu ngebosenin.”