Sakit di pergelangan kaki dan area pantatnya menghilang, baru beberapa menit yang lalu dia terseok, meringis sambil menahan tangis karena sakitnya tidak tertahan, kini langkahnya tegap memancarkan aura permusuhan. Malam semakin larut, netra hitam pekat itu semakin mengkilat saat lampu remang di koridor kelasnya berkedip beberapa kali.
Tidak segan saat menemukan sebalok kayu dihiasi paku, Asoka langsung mengambilnya lalu menerobos paksa kelas kosong yang sedari tadi menarik perhatianya. Jerit kesakitan menggema, isak tangis terabaikan membuat Asoka merutuk siapa saja yang memiliki perilaku binatang itu.
Bugh.
Satu pukulan di kepala, membuat laki laki berseragam serupa menghentikan aktivitas bejatnya pada sosok gadis lemah di bawah kungkungannya. Berkat paku yang menancap, Asok terkekeh puas melihat banyak sekali darah bercucuran.
“Loe? Asso-ka?” tanya laki laki itu memegangi kepala bagian belakangnya, dia menganga tidak percaya melihat sisi lain dari Asoka yang terkenal ramah dan baik.
“Hmm, gua Asoka, kenapa?” jawab Asoka datar sambil menghampiri satu satunya korban pelecehan sexsual yang sangat memprihatinkan di pojok ruangan.
Wanita adalah makhluk ringkih yang harus dilindungi, seburuk apapun, derajatnya tetap sama. Lahirnya manusia hebat karena dibaliknya ada perjuangan wanita. Sekiranya itu yang ditanam di keluarga Neiku. Melihat perempuan ringkih itu menangis histeris dengan sebagian seragamnya terbuka, Asoka tidak segan lagi menanggalkan jaket lalu memakaikannya.
“Loe aman, nggak usah takut! Sekarang cepat pergi, biar gua urus bajingan satu ini,” bisik Asoka setelah memakaikan jaketnya. Perempuan yang belum diketahui namanya hanya menagngguk lesu sambil mencengkram jaket pemberian Asoka.
Merasa tertangkap basah, dengan segenap kesadarannya karena sakit di kepala kian menjadi, laki laki sialan itu berusaha melarikan diri dari kecaman Asoka. Sayangnya sebelum itu terjadi, sosok yang berusaha menenangkan korban kembali melemparkan sebilah kayu sampai terdengar jelas pekikan frustrasi disusul debuman keras.
“Arghh, nggak usah ikut campur urusan gua, sial!” teriaknya frustrasi sekaligus takut. Mereka berdua masih sangat muda, usianya baru menginjak 15 tahun untuk melakukan hal yang tidak boleh dilakukan, laki laki itu pun juga merasa ketakutan dan bersalah, terlebih dia tidak paham apa yang harus ia lakukan setelah merenggut paksa masa depan seseorang.
Dia hanya mengikuti nafsu dan sekarang, Asoka Neiku muncul, siswa teladan yang terkenal ramah dan belum pernah menginjakan kaki di ruang BK.
“Ikut gua!”
Seperti menjinjing kucing, Asoka menarik paksa kerah belakangnya lalu diseret menuju gerbang sekolah. Matanya semakin menakutkan saat memindai situasi jalan raya di malam hari, jalanan lenggang, tidak ada kendaraan melintas. Sedari tadi, Asoka mengabaikan rengekan permohonan maaf. Kalau segampang itu mengucap maaf, maka Asoka akan meminta maaf terlebih dulu setelah membunuhnya.
Seringainya muncul saat dari kejauhan dia melihat lampu truk menyinari keberadaan mereka berdua.