Pagi hari yang sangat sejuk, bau basah dipagi hari karena semalaman hujan sudah turun membasahi bumi.
"Selamat pagi.." lelaki yang gagah yang kini sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke kantor.
Ia duduk mencium kening wanita yang sudah memberinya kebahagiaan berlipat ganda.
"Pagi!" Seorang wanita yang sedang fokus memberikan asi ke putri kecil di tangannya itu hanya sekilas melirik lelaki yang mencium keningnya.
"Mas tolongin aku dong!" Rengek wanita yang berada dihadapannya itu.
"Tolong apa sayang?"
"Tolongin aku bawa Ari kesini untuk sarapan. Dia kan harus sekolah juga."
"Tidak bisakah anak itu turun sendiri?"
"Tolongin aku atau aku tidak akan bicara denganmu!"
"Baiklah aku akan membawanya turun!" Dengan pasrah ia beranjak dari duduknya dan menaiki tangga untuk menjemput putra pertamanya itu.
"Ari ayo turun!"
"Hmmm..." Hanya dehaman yang terdebgar dari balik pintu.
Ari Putra Aditama, anak pertama dari pasangan Deasy Hutomo dan Alfero Aditama. "Ari, jika kau hanya menjawabku dengan dehaman akan aku pindahkan kamu ke luar negri!"
Ancaman Alfero sukses membuat Ari memasang wajah datarnya dan keluar dari kamar. "Aku mengikutimu Pah! Jika aku hanya berdeham maka sudah pasti aku menyetujui perkataanmu."
Alfero sukses dibuat kesal oleh anak pertamanya itu. Ia melotot tidak percaya jika ia sudah mencetak anak pintar yang dingin dan kini sudah berusia 3tahun.
"Kamu ini sudah bisa menjawabku hah?" Alfero masih saja meladeni sang anak dengan wajah datarnya.
Ari melangkahkan kakinya melewati Alfero dengan tas ransel besarnya di punggung.
"Anak siapa sih dia!" Gumam Alfero dengan bergeleng kepala.
"Tentu aku anakmu Pah!" Jawab Ari saat ia mendengar gumaman sang Papah. Langkah Ari hanya terhenti sebentar untuk menjawab Alfero.
Alfero berjalan perlahan dibelakang Ari dan menjaga anak itu agar tidak jatuh. Perhatian kecil yang tidak ia tunjukan untuk sang putra namun terlihat manis dimata Deasy yang melihatnya.
"Anak sama bapak kok bisa copas plek gitu sih ya!" Gumam Deasy melihat kedua lelaki tampan yang ia sayangi sedang berjalan menuruni tangga. Deasy tau jika Ari pasti menolak di pegangi Alfero, dan suaminya itu juga pasti dengan segala keacuhannya pun tidak berniat menggandeng sang anak dengan penuh perhatian.
"Mamah!" Ari dengan semangat menghampiri Deasy.
"Hati-hati boy, kau bisa jatuh jika terburu-buru!" Deasy memperingati anak lelakinya itu.