Mendung siang ini seperti ikut melengkapi kesedihan seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam SMA. Rambut panjangnya dibiarkan terurai tertiup angin, ia terduduk di samping sebuah nisan bertuliskan RIZALDI ARYA. Wajahnya melukiskan kepedihan amat dalam. Air matanya yang terus mengalir sesekali diusap dengan saputangan yang ia genggam.
Cukup lama ia terduduk disamping nisan sang ayah, ia masih ingin terus berada di sana. Terlalu berat ditinggalkan oleh seorang Ayah di umurnya yang masih sangat belia. Di saat anak sebanyanya masih sering menghabiskan waktu berdua dengan Ayah mereka, gadis cantik ini hanya bisa melihat nisan sang Ayah. Ingin sekali ia berteriak agar sesak di dadanya bisa dikeluarkan. Kehilangan seorang Ayah adalah hal paling menyedihkan di dalam hidupnya.
“Ra, ayo berangkat sebelum kita ketinggalan kereta,” panggil seorang wanita paruh baya yang sekarang berdiri di depan gadis cantik ini.