Itu adalah ulah Elmo!
Yang menjadikan nilai rapor matematikaku dan Satya menghitam. Yang mengatur semua kecurangan dan membuat Pak Parno mau memberikan kunci jawaban kepadaku dan Satya saat ujian akhir sekolah kemarin. Elmo tidak pernah mengaku dia mengatur semua, tetapi aku dan Satya tak percaya cerita versinya.
Rumor berkembang kemana-mana, khususnya anak-anak yang ikut les Pak Parno. Mereka nyinyir karena aku dan Satya seharusnya tidak mendapatkan kunci jawaban yang sama seperti yang mereka terima dari Pak Parno, karena aku dan Satya tidak ikut les.
“Jadi kamu dapat juga?” Maya mendekatiku seperti mau menginterogasi. Maya tidak pernah ramah kepadaku, tetapi juga tidak pernah menggangguku. Aku bahkan lupa kapan aku berbicara terakhir kali dengannya meskipun kami satu kelas. Sekarang mendadak gadis bongsor anak juragan mebel yang terkenal ini mendatangiku dan mengajak berbicara.
“Dapat apa?” jawabku datar.
“Kunci jawaban?”
“Maksudmu?” aku berlagak bego.
“Dari Pak Parno. Alaaah ngaku aja. Kamu selama ini mana bisa matematika, eh mendadak jadi pinter. Aku tahu kok dari temen-temen. Nggak adil sih itu namanya,” sergah Maya dengan bibir mencong-mencong. Aku terdiam sesaat, sebelum kemudian buka mulut.
“Nggak adil gimana, May? Bukannya justru tidak adil kalau yang punya duit bisa beli nilai? Sementara yang miskin kayak aku nggak memiliki kesempatan yang sama? Bukannya Pak Parno justru mau adil buat semua?” kataku agak lirih tapi tajam. Kupelototi Maya. Gadis itu mundur beberapa langkah seperti kaget kupelototi, sebelum kemudian berbalik cepat tanpa berkata apa-apa.
Kulihat Maya berlari ke arah lapangan basket di mana gengnya berada. Sesekali kulihat anggota gengnya melihat ke arahku, yang kupastikan mereka tengah bergunjing tentang aku. Bagiku tidak masalah, karena setelah kenaikan kelas, kami akan diacak lagi kelasnya. Jadi aku berharap tidak akan bertemu Maya dan gengnya lagi di kelas 2 nanti.
Ini adalah minggu-minggu bebas, kelas I sudah selesai, rapor sudah dibagikan, tetapi murid-murid masih menyelesaikan beberapa keperluan di sekolah selain ada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Anak-anak Pramuka mengadakan kemah di halaman sekolah, anak basket tanding antarkelas, sementara yang tidak aktif macam aku ikut masuk sekolah untuk mengembalikan buku-buku yang kupinjam dari perpustakaan. Tidak wajib masuk karena secara resmi sudah libur, tetapi aku memilih berangkat ke sekolah supaya dapat uang saku.
“Aku dengar Maya dan gengnya cari ribut sama kamu?” Elmo entah datang dari mana tiba-tiba sudah berada di samping kananku.