Pabrik Bahagia

Ariyanto
Chapter #7

Pesta-Pesta, Lobi-Lobi

Pesta di rumah Elmo minggu siang berlangsung meriah. Ada sekitar 15 orang teman Mamahnya Elmo yang datang, yang beberapa di antaranya membawa anak-anak kecil dan beberapa datang dengan anak seumuran kami, tetapi tubuhnya lebih bongsor dan putih bersih. Orang kaya dengan gizi berlimpah!

Tapi Elmo seperti ogah-ogahan menemani mereka. Hanya terlihat beberapa kali dia berbicara, lalu pergi dan memilih bergabung bersama aku dan Satya. Aku duduk di salah satu sudut di halaman samping rumah Elmo yang hari itu dipasang tenda bongkar pasang layaknya hajatan. Satya asyik mengurutkan setiap kudapan yang dihidangkan, mencoba satu per satu tanpa malu.

“Kamu lihat itu? Anak berkemeja merah yang berdiri itu? Namanya Andrew, anaknya dokter spesialis kandungan kayak Papahku. Kaya banget, tapi songongnya setengah mati. Tapi juga cengeng. Kalau bicara selalu dimulai dengan ‘Kamu tau nggak ... Papiku itu’ anjrit, pengen nabok rasanya,” gerutu Elmo tanpa aku tanya.

“Maminya yang mana?” tanyaku asal.

“Itu, yang berdiri di sebelah Mamahku, yang sanggulnya segede semangka!”

Aku mangut-mangut.

“Nah kalau yang itu ... anak berkaos hijau. Namanya Angga. Dia pernah berak di celana pas SD kelas 6. Dia anaknya bandel sebenarnya. Banyak yang takut sama dia. Di sekolah dia hanya takut sama satu orang, Pak Makmur!’

“Siapa Pak Makmur?”

“Guru agama. Katanya, Pak Makmur ini temannya Bapaknya Angga dan Pak Makmur ini selain guru SD juga aktif ngajar di pondok pesantren. Nah, Angga ini paling takut kalau diancam mau dimasukkan ke pondok pesantren kalau ketauan bandel,” ujar Elmo.

“Hubungannya dengan cepirit?” kejarku.

“Nggak ada. Waktu itu pas pelajaran agama. Nah, Angga ini kalau pelajarannya Pak Makmur jadi pendiem. Suatu hari, sekelas khusyuk mendengarkan Pak Makmur cerita kisah Nabi ... mendadak ... semerbak bau busuk. Anak-anak pada ribut ... Pak Makmurrr ... Pak Makmurrr ada yang kentut!”

Aku ngakak mendengar cerita Elmo.

“Nggak ada yang ngaku kan? Sementara baunya malah makin menjadi-jadi. Semua saling berpandangan mencurigai satu sama lain ... sampai tiba-tiba ....”

“Tiba-tiba?”

Lihat selengkapnya