Langit malam menggantung elegan di atas gedung pencakar langit Kota, sementara lampu-lampu dari Hotel Grand City berkilauan menambah kesan megah acara malam itu. Para pengusaha ternama, investor global, serta perwakilan dari berbagai perusahaan besar berkumpul dalam gala dinner eksklusif tersebut.
Di antara para tamu, seorang pria dengan jas hitam elegan, dasi yang tertata sempurna, dan postur tegap menjadi pusat perhatian. Andrian Wijaya.
"Siapa pria itu?" bisik seorang sosialita kepada temannya.
"Aku belum pernah melihatnya di lingkaran bisnis kita."
Namun, bukan hanya ketampanan Andrian yang menarik perhatian, melainkan wanita yang berjalan di sampingnya. Luna Kiem, pewaris Kiem Tekstil, berjalan anggun mengenakan gaun malam berwarna navy blue yang membentuk siluet tubuhnya dengan sempurna. Malam ini, keduanya harus berperan sebagai pasangan yang sempurna.
Luna menekan lengannya sedikit ke Andrian, menyembunyikan kegelisahannya.
"Aku tidak suka perhatian seperti ini," bisiknya pelan.
Andrian menoleh sekilas, tersenyum meyakinkan. "Tenang saja. Ikuti alur. Mereka hanya tertarik karena kita membawa sesuatu yang baru."
Tak lama, kilatan kamera dari para awak media mulai menghujani mereka. Para jurnalis dan blogger bisnis langsung mengerumuni, mengajukan berbagai pertanyaan.
"Nona Luna, siapa pria tampan yang mendampingi Anda malam ini?"
"Apakah ini rekan bisnis baru atau… sesuatu yang lebih personal?"
Sebelum Luna bisa berbicara, Andrian melangkah maju dengan penuh percaya diri. Ia menyelipkan satu tangannya di pinggang Luna dengan cara yang begitu alami, seolah mereka memang benar-benar pasangan.
"Perkenalkan, saya Andrian Wijaya," katanya dengan suara tenang dan berkarisma. "Dan ya, saya adalah tunangan Luna Kiem."
Para wartawan terkejut. Suasana di sekitar mereka berubah riuh.
"Tunangan? Kapan pertunangannya?"
"Kenapa tidak ada pengumuman resmi dari keluarga Kiem?"
Andrian tetap tenang. Senyumnya tidak goyah sedikit pun. Dengan tatapan tajam namun tetap bersahabat, ia menjawab, "Kami belum mengumumkannya secara resmi karena saat ini masih dalam tahap perencanaan. Namun, hubungan kami nyata dan didasarkan pada komitmen yang kuat. Mohon doanya agar semua berjalan lancar."
Luna melirik Andrian dengan tak percaya. Pria itu terlalu ahli dalam memainkan perannya.
Salah satu reporter mencoba mendesaknya. "Tuan Andrian, apakah Anda juga berasal dari keluarga bisnis ternama?"
Andrian tersenyum tipis. "Saya tidak berasal dari keluarga konglomerat seperti Luna, tapi saya seorang profesional di bidang saya. Saya percaya hubungan kami tidak hanya didasarkan pada status sosial, melainkan nilai-nilai yang lebih dalam."
Jawaban itu terdengar sempurna, seolah ia benar-benar pria ideal. Awak media semakin bersemangat mengambil gambar mereka.
Salah satu jurnalis bertanya pada Luna, "Apakah Anda ingin menambahkan sesuatu, Nona Luna?"
Luna hampir terpeleset kata-kata, tetapi ia segera mengendalikan ekspresi dan tersenyum anggun. "Andrian telah mengatakan semuanya dengan baik. Kami menghargai dukungan kalian semua."
Andrian mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Luna, lalu berbisik dengan nada bercanda. "Bagaimana? Aku cukup meyakinkan, kan?"
Luna menyentil lengannya pelan sambil tetap tersenyum ke arah kamera. "Kau terlalu berlebihan, Andrian."
"Justru itu yang membuatnya lebih meyakinkan," jawab Andrian santai.
Acara terus berlanjut, tetapi satu hal sudah pasti malam ini, nama Andrian Wijaya resmi masuk dalam sorotan dunia bisnis. Entah itu pertanda baik atau justru awal dari sesuatu yang lebih besar, hanya waktu yang bisa menjawab.
***