Pacar kontrak si Dingin

Hamdan Fitriyanor
Chapter #3

Cowok dingin banget

“Ara, kamu duduk di sebelah Alvin, ya.”


Suara pelan dari wanita paruh baya — ibunya Alvin — terdengar sopan tapi tegas. Kami sedang duduk di meja makan besar, penuh lilin dan porselen mahal. Semua mata tertuju padaku. Senyum palsuku terasa kaku, tapi kupaksakan tetap manis.


“Ah, ya, Tante…” jawabku gugup.


Aku duduk di sebelah Alvin. Dia bahkan tidak menoleh. Matanya fokus pada layar ponsel, wajahnya datar, bahkan dingin.


Cowok apaan sih ini?


Baru dua jam jadi “pacarnya”, dan dia bahkan belum senyum satu kali pun.


Tiba-tiba, dari bawah meja, jemari Alvin menyentuh jemariku. Aku nyaris loncat, tapi cepat-cepat kutahan diri.


Dia tidak melihat ke arahku. Tapi bisikannya masuk langsung ke telingaku.


“Pegang tanganku. Sekarang.”


Suara itu pelan, dalam, dan dingin — seperti mantra beracun yang tak bisa ditolak.


Aku menelan ludah. Jemariku menyatu dengan miliknya. Tangannya besar dan hangat. Aku mencoba tetap makan seperti biasa, tapi jantungku sudah berdetak tak karuan.

Lihat selengkapnya