Setelah berpasang-pasangan, guru meminta peserta didiknya untuk mempersiapkan penampilan mereka terlebih dahulu, kemudian peserta didik dipersilakan untuk maju perpasangannya. Karena merasa belum mempersiapkan apapun, Ian sangat khawatir dan meminta saran kepada pasangannya yaitu Yurika.
"Yur, kita akan menampilkan apa? Aku belum ada persiapan sama sekali," Ian sudah menghadap ke arah Yurika yang terlihat berpikir lebih dulu.
"Aku yang nyanyi, kamu nanti yang main kajon (alat pukul musik akustik), gimana?" Yurika memberikan ide yang sangat cemerlang.
"Emang kajonnya udah disediakan ya?" Ian seperti ragu karema Yurika seperti tidak membawa alat apapun di tasnya.
"Santai, aku yang bawa, hehe. Kau bantu ambilkan aja, mau? Ada di belakang ruang kelas ini, di sebelah pojok sana," Yurika menunjuk ke arah bangku belakang kelas mereka.
"Kau memang gadis yang paling baik yang pernah kutemui Yur,"
"Ian, jangan memujiku begitu. Ayo ambil kajonnya dan kita mencoba latihan dulu." Ian pun mengangguk dan mencoba untuk latihan bersama dengan Yurika.
***
Setelah kepergian Sang Kakak Ipar dari warungnya, Bu Rina jadi memikirkan bagaimana masa depan Ian, Putra Sulungnya jika terus dihujat dan dihina seperti itu. Kemudian beliau mempertimbangkan kembalu apa yang dikatakan Kakak Iparnya.
"Memang benar ucapan Kak Lita tadi. Ya, aku akan membuat Putraku menjadi tampan! Bahkan setampan pangeran yang terdapat dalam dongeng," Baru saja mengatakan hal tersebut, tiba-tiba datang dua orang pelanggan yang ingin membeli sembako.
"Bu Rina, beli beras yang 5kg," Pesan salah satu Ibu-Ibu dengan badan besar, memakai baju motif pantai dan celana leging hitam selutut kepada orang yang ada di dalam toko.
"Kalau saya beli telur 1kg saja ya Bu Rina," sahut Ibu-Ibu dengan badan kecil memakai daster polos warna pink dengan rambut yang hanya dijepit dengan jepitan rambut warna pink juga.
"Oh, iya Bu Tentrem, Bu Wati. Tunggu sebentar ya saya ambilkan."
Ketika sedang mengambil beras dan telur, Bu Rina samar-samar mendengar pembicaraan antara Bu Tentrem dan Bu Wati. Mereka sengaja berbicara dengan nada lirih supaya tidak terlalu didengar oleh Bu Rina, tapi Bu Rina tetap mendengarnya walaupun hanya samar-samar.
"Eh Bu, kabarnya si Ian sekarang dijauhin teman sekolahnya lho gara-gara sekarang mukanya jadi jerawatan begitu," dengan nada julid dan tatapan mata yang sesekali melirik Bu Rina, tentu membuat Bu Wati juga agak-agak takut jika Bu Rina tersinggung dan hanya menjawab seperlunya saja.
"Lah jerawatan kan wajar sih Bu, kita pun yang para wanita juga mengalami hal yang sama bukan?"
"Iya sih Bu Wati, tapi si Ian beda, jerawatnya dia sangat banyak. Orang yang melihatnya pasti jadi jijik. Bahkan orang makan pun jadi tidak nafsu ketika melihat wajahnya karena terlalu jelek," seperti sedang membuat gosip sana-sini, Bu Tentrem semakin menambah-nambahi perkataannya supaya semua orang berpihak padanya.
"Ah masa sih? Biasa aja lah Bu, mungkin karena hormon di masa pertumbuhannya," Bu Wati menanggapi tapi tidak terlalu julid.