Virus covid-19 semakin menyebar di Jakarta, tepatnya di desa Gareng. Semakin hari selalu ada yang terpapar virus mematikan itu, yang terkena virus itu langsung diisolasi di rumah sakit. Namun karena rumah sakit sudah tidak mampu menampungnya lagi, akhirnya mereka yang terkena virus itu diisolasi mandiri di rumah masing-masing. Banyak juga yang dilarikan ke rumah sakit di kota-kota dan wilayah lain. Mendengar berita tersebut, dua orang wanita paruh baya yang sedang berada di sebuah salon membicarakan masalah ini.
"Tuh kan Rin, makin banyak aja kan yang positif covid-19. Kita harus lebih waspada. Kau tahu, kemarin Bu Wati juga katanya reaktif lho, dan sekarang diisolasi mandiri. Kita jangan sampai seperti Bu Wati. Anak-anak juga harus tetap di rumah aja Rin untuk saat ini. Jangan keluar-keluar dulu," Bu Lita memperingatkan kepada Sang Adik ipar, yaitu Bu Rina.
"Iya sih Kak. Tapi, kau tahu sendiri kan, anak-anak tuh susah dibilanginnya. Ada aja alasan mereka untuk bisa keluar rumah. Mereka kan cowok, pasti gak akan betah jika dikurung di rumah terus," keluh Bu Rina kepada Sang Kakak Ipar.
"Iya Rin, makannya itu. Aku juga heran, dari tadi pagi tuh mereka kemana sih? Main malah gak pulang-pulang sampai sekarang. Mana gak pakai masker pula, main nyelonong aja tadi itu mereka. Ya Ampun dah, nanti kalau mereka berempat pulang, aku bilangin deh," timpal Bu Lita.
"Iya Kak, bilangin aja. Nanti kalau yang bilangin aku, mereka malah gak percaya." Bu Rina menampilkan wajah kesalnya. Bu Lita hanya mengangguk sebanyak tiga kali untuk menyetujui apa yang dikatakan oleh Bu Rina.
.
Hawa panas mulai menyelimuti kota Jakarta. Karena terlalu panas, seakan matahari sudah berada di atas kepala. Terlihat dua anak remaja laki-laki mengenakan setelan kaos basketnya dengan celana di atas lutut yang warnanya senada dengan kaos mereka. Keduanya sedang berjalan sambil menggenggam plastik yang berisi es teh juga sedotan di dalamnya. Siapa lagi jika bukan Ian dan Aldrin.
Ketika sedang asik berjalan hampir sampai rumah Aldrin, mereka bertemu dengan Gibran dan Arvin yang berlarian untuk masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya Salon Lita. Karena rumah Aldrin yang depan adalah salon dan yang belakang baru benar-benar rumahnya, suara ramai pun berasal dari dalam salon. Gibran dan Arvin cekikikan ketika sudah sampai di dalam rumah.
Mereka mengatur nafas sambil tertawa satu sama lain. Berbeda dengan Ian dan Aldrin yang dengan santai memasuki salon alias rumah Aldrin tersebut dan duduk di kursi yang ada dalam salon. Semenjak corona menyerang, Salon Lita menjadi sepi pengunjung, jadi kursi di sana hanya untuk kumpul keluarga saja. Tak lama, Bu Lita keluar menuju ruang salon diikuti dengan Bu Rina dan duduk di kursi salon tersebut.
"Ian, Aldrin, Gibran, Arvin sini. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan," terdengar tegas ucapan Bu Lita, sambil mengisyaratkan mereka berempat untuk mendekat. Merekapun menggeser tempat duduk mereka supaya lebih dekat dengan Bu Lita.
"Ada apa Bi/Ma?" Ian dan Aldrin menjawab secara bersamaan.
"Kalian tahu kan, sekarang ini sedang musimnya virus covid-19?" Tanya Bu Lita.
"Iya tahu, kenapa emangnya Ma?" Tanya Aldrin sambil menoleh ke arah Ian yang terlihat sama bingungnya dengan dirinya.