"Aaaaaaaaa!" Teriak Nurul kencang membuat seisi rumah yang tadinya tertidur dengan tenang menjadi terbangun. Termasuk kedua orang tua Nurul yang langsung mengecek ke sumber suara, yaitu kamar Nurul.
"Nelly, Sri! Kalian mengagetkanku saja!" Pekik Nurul yang masih terkejut akan kemunculan tiba-tiba dari kedua temannya ini, bahkan Nurul sampai mengelus dadanya pelan karena terlalu terkejut. Ternyata yang sedari tadi menggedor-gedor jendela kamar Nurul adalah teman kuliahnya.
"Hehe, ya maaf, Rul. Kami habis nonton konser band dan baru pulang sekarang. Izinkan kami tidur di rumahmu ya, hanya malam ini saja kok. Kami tidak mungkin pulang ke rumah, sekarang sudah pukul 00.00," seru salah satu teman Nurul bernama Nelly.
"Baiklah, tapi dengan satu syarat," Nurul menampilkan senyum smirknya untuk mengerjai kedua temannya ini. Sedangkan Nelly dan Sri pun saling menatap bingung.
"Apa itu?" Tanya keduanya bersamaan.
Brak!
Pintu kamar yang dibuka dengan keras menampilkan kedua orang tua Nurul yang melihat sang anak sedang berbicara dengan dua orang di luar jendela. Kedua orang tua Nurul yang melihatnya pun mempersilakan teman-teman Nurul untuk masuk ke dalam rumah, tentunya lewat pintu depan rumah dan meminta Nurul untuk menutup jendela kamarnya. Mereka berlima berkumpul di ruang keluarga dan duduk di kursi ruangan tersebut.
"Kalian boleh kok tidur disini malam ini, tapi dengan satu syarat," Bapak Nurul memberikan sebuah syarat yang bisa membuat kedua gadis tadi tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi di kemudian hari.
"Apa itu Om?"
"Kirim pesan ke orang tua kalian dulu, supaya mereka tidak cemas karena mencari kalian. Bilang kalau kalian tidur di rumah Nurul. Izin dari orang tua itu sangat penting, Nak," Jelas Bapak Nurul.
"Baiklah Om, Tante." Nelly dan Sri mengangguk paham dan segera mengeluarkan ponselnya untuk mengabari orang tua masing-masing.
***
Lampu jalanan yang menyoroti bunga nusa indah berwarna merah muda, terlihat mencolok pemandangan sehingga membuat siapa saja yang melihatnya pun ingin memetik satu diantara banyaknya bunga yang menggerombol di pekarangan rumah dengan nuansa putih itu. Di dalam rumah tersebut, terdapat 1 keluarga yang terdiri dari 5 orang. Orang tua yang sedang asik menonton televisi, satu anak sulung perempuan yang sampai saat ini hanya selalu berada di kamarnya, menutup diri, dan tidak pernah bergaul dengan siapa pun lagi. Satu anak lelaki yang bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lokasi tempat kerjanya memang dekat dengan rumahnya, jadi tidak perlu menyewa kost atau kontrakan. Dan satu anak bungsu perempuan yang kini masih berada di bangku SMA kelas tiga. Seperti saat ini, jarum jam sudah saling bertumpang tindih di angka 12, yang mana terlihat si bungsu yang sedang berada di kamarnya sambil video call dengan sahabatnya. Ya, si bungsu itu adalah Yurika. Seperti biasa, ketika malam tiba pasti dia sedang video call dengan sahabat lelakinya, yaitu Ian. Yurika sesekali terlihat cekikikan karena memang selalu dan selalu melihat tingkah lucu Ian, dan hanya Yurika sajalah yang bisa melihat itu.
*Dalam sambungan telepon*
"Eh Yur, dua hari lagi kan hari kelulusan, nanti kita foto bareng ya, berdua saja. Seperti saat kamu menemaniku dulu waktu turnamen bulu tangkis," pinta Ian dalam sambungan video call.
"Okay siap, Yan. Haha, santai aja, kita juga bakal foto bareng si Ramil, Terrence, dan Aldrin,"
"Ya kalau dengan mereka sih wajib, hahahaha. Yur, kalau pas habis terima ijazah nanti aku pengen ngomong sesuatu. Tapi hanya kita berdua saja. Apa boleh?"
"Hahahaha, apa sih, Yan? Kan kita emang udah sering ngobrol berdua. Baiklah, tapi kalau aku ingat ya, jangan lupa pakai masker dan tetap jaga jarak. Masih ada virus covid-19 kalau kau lupa,"
"Ya harus ingat dong, Yur. Kalau itu sih harus banget, hahaha,"
"Eh ngomong-ngomong, jerawatmu makin ilang ya Yan. Kamu rutin pakai skincarenya ya?"
"Oh iya dong jelas, karena dipaksa Mama,"
"Kirain karena kamu beneran niat, hahaha."
"Enggak lah, ya kali. Tapi demi wajah mulus, gapapa deh,"