Pacar Online 2021

Nurul Adiyanti
Chapter #18

Siasat

Udara di pagi hari begitu sejuk sehingga siapa saja yang menghirupnya pasti merasa sangat menyegarkan. Titik-titik embun yang turun menetes di atas tanaman dan rerumputan begitu indah untuk dipandang. Seperti sorang wanita paruh baya yang sedang berjalan sambil menenteng kedua tas besar untuk persediaan barang yang ada di tokonya, melihat sekilas rerumputan yang hijau di samping tokonya dan tersenyum. Wanita itu adalah Bu Rina. Putra sulungnya tidak dapat mengantarnya karena harus bekerja di salon dan putra bungsunya tidak ikut karena harus mengikuti kelas online. Jadi Bu Rina harus berjalan sendiri sambil menenteng kedua tas belanjaan itu.

Ketika sedang asyik menata barang di toko kelontongnya, datanglah 3 pelanggan setianya yaitu Bu Retno, Bu Sindi dan Bu Mita.

"Wah, baru dasar ya, Bu?" Tanya Bu Mita.

"Iya nih, Bu. Bentar ya, saya tata dulu,"

"Santai saja, Bu Rina. Kita juga sekalian ingin ngobrol-ngobrol kok," Sindi tersenyum manis.

"Hahaha, kalian ingin mengobrol apa memangnya?" Tanya Bu Rina.

***

Di sebuah gedung yang terbengkalai, terdapat seorang gadis menggunakan baju dan celana panjang serba hitam juga kacamata hitamnya sedang menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Gimana, Teng? Kau berhasil membujuknya untuk bertemu denganku hari ini, kan?"

"Santai saja, semua sudah sesuai dengan yang kita rencanakan,"

"Baiklah," gadis itu kemudian menutup telepon genggamnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Ian, kau tidak boleh jatuh cinta dengan gadis lain. Hanya aku, aku saja yang boleh menempati hatimu itu, bukan yang lain." Gadis itu dengan senyum smirknya.

***

Hari ini, salon Lita begitu ramai pengunjung, di sana terdapat 2 orang remaja lelaki yang sedang sibuk dengan pelanggan mereka. Seketika ada satu orang remaja lelaki yang memasuki salon itu setelah meminta izin kepada Gonzales, salah satu karyawan Salon. Gonzales pun menghampiri Ian yang sedang memotong rambut pelanggannya.

"Ian, ada yang ingin bertemu denganmu,"

"Siapa Kak?"

"Terence," Terrence berjalan memasuki salon dan berdiri di sebelah Ian.

"Oh ternyata kau. Ada apa, Teng? Kan kemarin udah beli pilok,"

"Yan, temani aku memodifikasi motor,"

"Hah? Kau tidak lihat, aku sedang sibuk, Teng,"

"Nanti, Yan. Jam 12.00 deh. Pas istirahat, kan?"

"Iya sih, yaudah jam 12.00 ya. Tapi, apakah kau mau menungguku satu jam lagi?"

"Mau, lah. Hehehe,"

"Baiklah."

***

Di sebuah toko kelontong itu masih terdapat beberapa Ibu-Ibu yang sedang mengobrol.

"Eh Bu, sekarang Ian makin ganteng ya," Bu Retno memuji ketampanan Ian setelah remaja lelaki itu melakukan facial wajah hingga wajahnya sembuh dari jerawat dan mulus, ditambah lagi kulit Ian yang asli cerah menjurus ke putih membuatnya terlihat tampan.

"Iya, Ian sekarang juga terlihat dewasa, dari wajah dan postur tubuhnya juga mulai terlihat dewasa ya," tambah Bu Sindi.

"Ah masa sih, Bu? Tapi bagiku, dia tetaplah Ian anak remajaku yang manis dan manja," Bu Rina tersenyum karena mendapat pujian tentang anak sulungnya.

"Iya Bu, Ian malah sekarang udah seperti orang Korea lho, pasti banyak cewek-cewek yang mengejarnya," sahut Bu Sindi. Yang dulunya ucapan itu ialah hanya sebagai hinaan, sekarang menjadi pujian.

"Hahaha iya ya,"

"Maaf ya Bu, dulu aku pernah menghina Ian, aku pikir Ian gak akan pernah bisa berubah drastis seperti itu," Bu Mita yang pertama kali meminta maaf karena ucapannya yang sempat menyakitkan hati Ian disaat wajah remaja itu masih jerawtan.

"Tidak apa-apa, Bu. Tapi yang perlu kalian ingat, setiap orang bisa berubah selagi itu masih dalam hal yang positif," respon Bu Rina juga begitu baik, tidak menyalahkan siapa-siapa.

"Iya sih, Bu," Bu Mita merasa bersalah.

"Eh iya, Bu, sepertinya Ian udah punya pacar ya?" Tanya Bu Sindi. Dahi Bu Rina seketika berkerut karena tak percaya.

"Hah? Masa sih, Bu? Selama ini dia tidak pernah menceritakan tentang hal itu," heran Bu Rina.

"Iya, waktu acara perpisahan di sekolah, aku melihat Ian berada di taman sekolah dengan seorang gadis, sepertinya sih anaknya Pak Hadi dan Bu Sisil, yang kampung sebelah itu," Jelas Bu Sindi.

Lihat selengkapnya