Pacar Online 2021

Nurul Adiyanti
Chapter #19

Siapa itu Yurika?

Panasnya sinar matahari seakan sudah berada tepat di atas kepala manusia, hawa panas mulai menyengat, namun hembusan angin pun tak kalah kencang sehingga tak perlu menyalakan kipas angin jika merasa kegerahan. Seperti gadis cantik yang sedang tiduran di sofa rumahnya sambil memainkan ponsel pintarnya. Pintu rumahnya sengaja dibuka, membiarkan angin masuk kedalam rumahnya. Gadis itu terlihat gelisah karena lelaki yang selama ini menjadi teman virtualnya tidak bisa dihubungi.

'Maaf nomor yang anda tuju sedang berada dipanggilan lain.'

Begitulah ketika Nurul, gadis yang mencoba menghubungi teman virtualnya yaitu Ian dan ternyata malah berada di panggilan lain.

"Tumben si Ian tidak bisa dihubungi. Kenapa ya?" Monolognya.

"Ah, mungkin Ian sedang berkomunikasi dengan fans-fansnya. Jadi dia memang sibuk berada di panggilan lain." Lanjut Nurul sambil tersenyum dan tidak terlalu memikirkan tentang Ian.

***

Bu Rina dan Ian sampai di dalam rumah, tepatnya di ruang tamu. Menghempaskan tangan Putra Sulungnya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan hari ini, Ian! Sejak kapan Mama mengajarkanmu untuk melakukan hal tidak senonoh seperti tadi! Kau hampir saja merusak harga diri seorang gadis!" Tidak biasanya Bu Rina berbicara dengan nada tinggi. Ia benar-benar marah dan tidak menyangka putranya sudah berani melakukan hal yang belum saatnya dilakukan.

"Tidak, Ma. Ini tidak seperti yang Mama lihat," sangkal Ian sambil menggelengkan kepalanya, tidak terima dengan apa yang dikatakan Sang Mama.

"Tidak usah banyak alasan, Ian! Mama melihatnya sendiri tadi!"

"Mama, percayalah. Aku tidak melakukan apa pun. Yurika tadi yang mengambil ponselku, dan aku berusaha untuk merebutnya kembali, tapi tubuh Yurika limbung dan kami terjatuh di tanah. Begitulah yang terjadi sebenarnya. Aku tidak bermaksud apa pun," Jelas Ian kepada Mamanya yang masih memarahinya.

"Baiklah, Mama percaya padamu. Oh jadi gadis itu namanya Yurika. Mulai sekarang jauhi gadis itu, dia memakai pakaian sexy tadi. Siapa pun lelaki yang melihatnya pasti akan terpancing nafsunya, terutama kau," Bu Rina masih menatap Ian dengan sinis. Ian pun melotot, Ia tidak akan pernah bisa menjauhi Yurika begitu saja tanpa alasan karena Ia masih bersahabat dengan Yurika. Ian pun menggelengkan kepalanya.

"Tidak bisa, Ma!"

"Kenapa tidak bisa! Apa kau menyukainya?" Ian pun terdiam, mendadak mulutnya membisu, tidak bisa lagi membantah tuduhan Sang Mama.

"Katakan, Ian, apa kau menyukainya? Oh, atau bahkan kau mencintainya?"

"Iya, Ma. Aku mencintainya,"

"Apa!!!!" Teriak Sang Mama dengan ekspresi wajah marahnya. Matanya melotot tanda tidak suka dengan apa yang didengarnya dari mulut putra sulungnya.

"Ya, aku memang mencintainya, tapi itu dulu ketika kita sama-sama masih sekolah. Ketika aku menyatakan cinta padanya saat hari kelulusan, Yurika menolakku, Ma. Mama Ingat kan, waktu malam kelulusanku dan Aldrin ketika keluarga kita berkumpul bersama?"

"Iya, Mama ingat. Kenapa?"

"Malam itu aku hanya melamun dan tidak bisa menjawab pertanyaan dari Paman Ricky. Malam itu aku sedang memikirkan apa alasan Yurika menolakku. Katanya, dia juga mencintaiku, tapi kenapa dia menolakku. Semenjak itu pula aku berusaha untuk melupakannya, melupakan cintaku padanya, dan aku berhasil, Ma. Sekarang aku sudah menemukan gadis yang aku cintai. Tapi ketika aku sudah menyukai gadis lain, Yurika menjelaskan alasannya menolakku dulu dan katanya dia masih mencintaiku," Jelas Ian.

"Lalu, apakah kau masih mencintai Yurika sekarang?"

"Tidak, Ma. Aku mencintai gadis itu,"

"Siapa nama gadis itu?"

"Nurul, gadis yang aku cintai secara virtual, kami bertemu diaplikasi TokTok, sampai sekarang kami berteman dan sering video call juga," seketika sikap dan ekspresi Bu Rina berubah 180 derajat.

"Benarkah? Kenapa tidak dikenalkan pada Mama?"

"Ya, belum waktunya aja, Ma. Hehe,"

"Baiklah, yang jelas kamu jangan pernah lagi berhubungan dengan gadis bernama Yurika itu, dia sepertinya gadis yang licik." Sang Mama pun pergi meninggalkan Ian sendiri di ruang tamu itu dan Ian mengangguk.

Ian mengambil ponselnya yang sedikit rusak itu, layarnya pecah, namun masih bisa menyala dan digunakan seperti biasa. Ian melihat ada notifikasi dari Nurul yang ternyata meneleponnya beberapa menit lalu. Ia pun panik, harus bilang apa nanti ke Nurul jika Nurul menanyakan aktifitasnya hari ini. Haruskah Ia berbohong? Atau menjauh saja dari Nurul? Ketika sedang asik dengan lamunannya, suara Sang Papa mengagetkannya.

"Papa pulang~"

"Oh? Papa?"

"Ya, Ian. Kau dari mana memangnya? Kaos dan celanamu begitu kotor,"

"Ta-" Baru saja ingin menjawab pertanyaan dari Sang Papa, Mamanya menyelanya.

"Biasalah, Pa. Dia kan memang suka main basket, jadi ya begitu,"

"Lain kali kalau main hati-hati ya." Sang Papa mengusak rambut Ian dan Ian pun tersenyum.

***

Lihat selengkapnya