Di pagi hari yang cerah membuat semua orang memulai aktiftasnya dengan sepenuh hati, termasuk seorang pekerja yang baru saja dipecat dari perusahaannya tiga hari lalu. Setelah lama memikirkan ingin bekerja apa, Ia memutuskan untuk memulai usahanya sendiri yaitu menyablon.
Kini dirinya sudah menyiapkan berbagai alat dan bahan yang akan dipakai untuk menyablon, juga sebuah ruangan yang letaknya di luar, dekat pintu belakang rumah yang selama ini dipakai untuk gudang. Pak Galang sudah memindahkan barang yang tidak penting di gudang untuk dirongsokkan saja, hingga ruangan tersebut hanya tersisa meja panjang yang masih kuat dan berdiri kokoh, dan mengisi ruangan itu dengan alat dan bahan untuk menyablon.
"Papa beneran akan membuka usaha ini?" Tanya Sang Istri.
"Iya benar, Ma. Mau bagaimana lagi coba? Papa dulu waktu SMK sudah pernah belajar menyablon dan masih ingat cara-caranya," Jawab Pak Galang suaminya sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu,"
"Sini biar kubantu, Pa," Ian yang baru saja datang dari dalam rumahnya langsung ingin membantu Papanya.
"Baiklah, bawa cat ini ke pojok kanan ruangan ini ya, Yan," Ian mengangguk dan mengambil cat-cat yang sudah dibeli Papanya itu.
"Pa, aku juga ikut bantuin," tak mau kalah, ternyata putra bungsu mereka juga ingin membantu.
"Hilihhh, dasar bocil, sok-sokan pengen bantuin, main aja sono dengan Arvin," pinta Ian.
"Iss gak mau, aku mau bantu Papa kok, wle," Gibran sambil menjulurkan lidahnya di depan Ian. Seketika ide jahil pun menguasai pikiran Ian. Ian mengambil semua cat yang ada masih di luar ruangan dan menaruhnya dengan cepat, sedangkan Gibran baru mengangkat satu cat dan melihat yang di luar sudah diambil kakaknya semua.
"Dih Kakak curang! Awas ya!"
"Hahahahaha, coba tangkap aku kalau bisa." Dan mereka pun saling berlarian ke sana dan kemari. Ya, semenjak Papanya di PHK oleh perusahaan karena pengurangan karyawan akibat covid-19, Ian memutuskan untuk membantu Papanya yang memulai usahanya sendiri setelah berpikir matang-matang bersama dengan keluarganya.
Flashback on
Di malam yang sunyi sekitar pukul 23.30 terdapat 2 orang lelaki paruh baya yang sedang duduk di teras salon.
"Kau serius akan memulai usaha baru ini, Lang?"
"Iya, Kak. Aku bingung mau kerja apa lagi, kurasa ini adalah jalan yang terbaik. Semua demi anak-anakku,"
"Tapi, apakah kau mempunyai skill menyablon sebelumnya?"
"Dulu waktu masih SMK, aku pernah PKL menyablon dan aku masih mengingat caranya. Besok aku akan mencoba menyablon dulu, jika berhasil aku akan meneruskan ini, tapi jika tidak aku akan mencari ide usaha lain,"
"Begitu rupanya, tapi apa kau sudah bilang kepada istrimu kalau kau dipecat dari perusahaan?"
"Ya, awalnya aku hanya bercerita dengan istriku, namun ternyata Ian mendengar semuanya. Jadi, dia pun berniat untuk membantuku. Kemarin dia mengantarku membeli cat dan frame untuk menyablon,"
"Lalu bagaimana dengan pekerjaan Ian yang di salon? Jika dia membantumu, alangkah lebih baik jika dia tidak bekerja di salon lagi. Jika harus mengurus dua pekerjaan itu tidak mungkin, Lang. Lagi pula, anakmu itu masih berusia 18 tahun. Jangan biarkan dia montang manting bekerja kesana dan kemari,"
"Iya, Kak. Nanti aku akan membicarakan hal ini dengan Ian. Semoga dia bisa mengerti situasi ini,"
"Ya, baguslah kalau begitu."
Flashback Off
***
Di sebuah rumah dengan bunga sakura Jawa yang berdiri tepat di depan rumahnya itu pun tersorot oleh indahnya sang mentari sehingga warna dari bunga itu menjadi agak kekuningan tepat di bawah pohon yang begitu kokoh itu terdapat seorang gadis yang sedang mondar-mandir berjalan kekanan dan kekiri sambil membawa ponselnya. Ia masih bingung dengan maksud dari pesan yang dikirimkan Yurika semalam.
"Sebenarnya siapa sih gadis yang bernama Yurika itu? Mengapa dia terus mengirimiku video kemesraannya dengan Ian? Apakah dia ada niat jahat pada Ian? Lagian mengapa aku harus peduli sih?" Monolog Nurul di depan pohon bunga Sakura Jawa itu. Karena tak mendapat jawaban, Nurul menepuk pohon Bunga Sakura Jawa yang ada dihadapannya.