Pacar Online 2021

Nurul Adiyanti
Chapter #23

Persetujuan Kerjasama

Langit mulai menggelap, matahari pun sudah tidak ingin menampakkan dirinya lagi setelah berpulang ke rumahnya, bergantian dengan bulan yang sudah muncul di tengah-tengah langit yang warnanya semakin menghitam. Cahaya bulan menerangi Kota Denpasar Bali dengan bentuknya yang sudah separuh, hingga lama-kelamaan menjadi sabit. Seorang gadis dengan rambut yang dicatok menjadi ikal sepunggung itu memakai dress panjang berwarna hitam dengan lengan hanya sebatas bahu dan sepatu hak tinggi berwarna senada dengan dressnya yaitu hitam.

Ia bersama dengan Sang Paman dan dua kakak sepupunya, turun dari mobil dan menuju restaurant yang ada di daerah Denpasar Bali. Restaurant itu lumayan mewah, dengan ruangan VVIP yang terlihat lebih privat supaya siapa saja yang ada di luar ruangan itu tidak dapat mendengar pembicaraan mereka terutama dalam hal bisnis. Ian, Pak Galang dan kedua karyawan yang lainnya sudah sampai lebih dulu di Restaurant itu dan duduk di kursi. Di meja makan sudah terdapat 5 lilin, beberapa air mineral kemasan dengan ukuran tanggung dan buku menu makanan yang akan dipesan.

Tak menunggu lama, Pak Supri datang beserta dengan Nurul, Mas Prass, dan Mas Anto. Mereka memberi salam dengan menundukkan kepala begitu juga yang dilakukan oleh Pak Galang yang berdiri diikuti oleh yang lainnya dan menegakkan kepalanya kembali.

“Maaf, Pak. Kami terlambat,” Pak Supri sedikit merasa bersalah atas keterlambatannya.

“Tidak kok, Pak. Kami juga baru saja datang, silakan duduk, Pak Galang yang juga ikut tersenyum. Mereka pun duduk, kebetulan Nurul duduk berhadapan dengan Ian dan saling menatap satu sama lain.

“Kau!!!” keduanya saling menunjuk dan mengucap hal secara bersamaan ketika sudah menyadari bahwa mereka sebelumnya pernah bertemu.

“Loh? Kalian sudah saling kenal?” Tanya Pak Galang bingung sambil melirik ke Pak Supri. Pak Supri yang tidak tahu menahu mengenai masalah mereka pun juga ikut bingung.

“Apa?! Kenal? Dengan gadis menyebalkan ini? Ogah. Mending kenal dengan sapi,” Ian menunjukkan tatapan sinisnya dan bibir yang agak dimonyongkan ke depan seperti orang meledek.

“Dih siapa juga yang pengen kenal dengan lelaki menyebalkan seperti dirimu itu? Ogah!” Balas Nurul. Seketika mereka mengingat kejadian siang tadi.

.

Prak!

Oh Astaga!”

Beberapa plastik yang berisi kaos sablon itu terjatuh satu persatu tepat mengenai kepala Nurul. Gelungannya terlepas, rambutnya terurai lurus nan panjang itu terayun ke depan. Matanya terpejam supaya kaos-kaos itu tidak mengenai Ibu dan bayi yang sedang dipeluknya. Setelah plastik kaos itu sudah tidak mengenainya lagi, Nurul membuka matanya dan melihat ke arah tangga. Dilihatnya seorang lelaki yang menuruni tangga untuk mengambil kaos-kaos yang terjatuh itu.

"Siapa lelaki itu?” Pikirnya. Nurul melepas pelukannya dengan Ibu itu dan tersenyum.

"Terima kasih ya, Nak. Kalau tidak ada kamu, pasti kaos-kaos itu akan mengenai kami,"

"Sama-sama, Bu. Lain kali hati-hati ya,

"Iya, Nak. Terima kasih ya, ini untuk kamu,” Ibu itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan menyerahkannya di depan Nurul, namun Ia menolaknya.

Tidak usah, Bu. Saya membantu karena mengetahui kalau ada musibah yang akan datang, dan saya tidak meminta imbalan apa pun dalam hal ini,” sahut Nurul, Ibu itu pun menarik tangannya kembali.

"Kau memang gadis yang baik, sekali lagi terima kasih ya, Nak. Oh iya, Saya sudah diminta suami saya untuk segera naik ke atas, Saya duluan ya, Nak,

"Iya, Bu. Hati-hati ya.” Ibu itu tersenyum kepada Nurul dan segera pergi dari lobby hotel menuju lift. Nurul masih mengawasinya dari jauh dan juga tersenyum.

Lihat selengkapnya