Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali, semua orang duduk di depan pintu ruang UGD untuk menunggu dokter keluar dari ruangan itu setelah memeriksa Nurul. Awalnya Ian tidak diizinkan Pak Supri untuk mengikutinya sampai ke rumah sakit, namun setelah beberapa kali bujukan dari kedua putranya, akhirnya Pak Supri mengizinkan Ian untuk mengikutinya ke rumah sakit dan menunggu dokter keluar dari ruang UGD itu. Tak lama kemudian, Pak Galang datang dan menemui mereka. Kedatangan Pak Galang mengundang banyak atensi mata dari orang-orang yang menunggu di depan ruang UGD itu. Semua orang yang tadinya duduk pun, kemudian berdiri untuk menyapa Pak Galang dengan wajah tersenyum, kecuali Pak Supri.
“Ada apa gerangan hingga membuat Pak Galang sampai kesini? Apakah ada hal penting?” Tanya Pak Supri dengan menghadap ke arah Pak Galang dengan wajah sinisnya. Pak Galang pun berlutut dihadapan Pak Suri, menundukkan wajahnya dan meminta maaaf atas kejadian kemarin.
“Maafkan aku, Pak Supri. Semua ini terjadi karena aku. Aku tidak percaya dengan kemenakanmu dan lebih percaya gadis yang ternyata malah mencelakai putraku sendiri,” Kepala Pak Galang pun akhirnya mendongak, menatap mata Pak Supri yang masih menatapnya bingung. Hingga kemudian suara dari arah kirinya mengalihkan pandangan Pak Supri dan Pak Galang.
“Iya, Pak Supri. Namanya Siska, dia adalah kekasihku, dia anak dari rekan kerja Papaku. Dari awal aku tidak menyukainya karena sifatnya yang sombong, tapi Papa selalu memaksaku untuk dekat dengannya. Apapun yang dia inginkan, aku selalu memberikannya, bahkan uang tabunganku hampir habis karena dia selalu meminta uang setiap harinya 1 juta, bahkan terkadang lebih dari itu, kata Papa, berikan saja karena uang bisa dicari, maka aku berikan. Hingga kemarin aku melihatnya berselingkuh didepan mataku, makannya aku samperin dia dan kita mengobrol di atas tebing, tapi dia malah mendorongku,” jelas Ian, semua orang pun memperhatikannya.
“Iya, Pak Supri. Kumohon maafkan aku, dan memulai kembali kerja sama kita,” sahut Pak Galang. Pak Supri pun memegang kedua pundak Pak Galang, menuntunnya untuk berdiri.
“Baiklah, Pak Galang, saya maafkan. Tapi ingat, jangan mengulangi hal yang sama lagi ya, terutama kepada orang lain. Masalah pribadi tidak usah dibawa ke pekerjaan, itu tidak baik dan malah memperbanyak musuh,” Jelas Pak Supri sambil tersenyum.
“Baik, Pak Supri. Saya pastikan hal seperti ini tidak terulang kembali,” balas Pak Galang dengan wajah sumringah.
Setelah semua orang terdiam dan duduk kembali, tiba-tiba Mas Prass mengajukan pertanyaan kepada Ian perihal Siska.
“Lalu, selama berpacaran dengannya, apakah kau masih mencintainya, Ian?” Tanya Mas Prass.
“Tidak, karena aku masih mencintai seorang gadis yang selalu melakukan video call denganku, menceritakan semua masalahnya kepadaku, dan dia lebih dewasa dariku. Kami belum pernah saling bertemu, dan gadis itu bernama Nurul Aini, sama seperti yang ada di KTP yang aku temukan dan kuberikan pada Mas Anto,” Semua orang yang mendengar hal itu pun menatap ke arah Ian.
“Apa jangan-jangan ... ” Ucapan Mas Prass pun terjeda karena dokter keluar dari ruang UGD dan memberi beberapa penjelasan kepada keluarga pasien.
“Disini siapa yang merupakan orang tua pasien?”
“Tidak ada, Dok. Saya Pamannya. Sampaikan saja apa yang dialami kemenakan saya.”
“Pasien Nurul apakah sebelumnya pernah mengalami kecelakaan?”
“Iya, itu terjadi beberapa bulan lalu.” Ucap Pak Supri.
“Pantas saja, ketika diperiksa, sebagian ingatannya telah hilang. Mungkin karena benturan keras pasca kecelakaan. Sebaiknya kalian membantunya untuk mengembalikan ingatannya secara perlahan. Jika dia sudah merasa sakit kepala, jangan memaksanya lagi. Biarkan ingatannya kembali sedikit demi sedikit. Jangan terlalu memaksanya supaya kejadian ini tidak terulang kembali,” jelas Sang Dokter.
“Baik, Dok.” Pak Supri dan dokter itu pun meninggalkan mereka berempat.
“Ada apa sebenarnya, Pak Supri? Apakah benar yang dikatakan dokter tadi? Nurul, dia pernah kecelakaan dan hilang ingatan?” Tanya Ian kepada Pak Supri. Pak Supri pun menceritakan semua kejadian yang telah menimpa Nurul. Ya, hanya Pak Supri yang mengetahuinya, bahkan kedua anaknya pun tidak mengetahui kalau Nurul pernah mengalami masa-masa sulit seperti itu.